Bankir Mulai Waspada Kenaikan Suku Bunga The Fed



( 2016-06-22 05:12:52 )

Kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) lebih dikhawatirkan oleh kalangan perbankan dibanding rumor hengkangnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan, bahwa dampak The Fed lebih berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia dibanding Brexit.

Brexit hanya akan memberi pengaruh yang berarti terhadap negara-negara di Eropa, sementara untuk The Fed pengaruhnya lebih ke global.

"Yang paling berpengaruh itu adalah the Fed, kalau Brexit nggak terlalu terasa, karena dia kan lebih condong ke negara-negara di Eropa saja, kecuali ada sesuatu terjadi dari Asia seperti Jepang atau misalnya China, itu bisa memberi pengaruh besar ke kita, sama kayak Fed rate yang juga besar pengaruhnya, karena semua orang fokusnya ke sana," terang dia.

Fed Fund Rate (FRR) ini, lanjut Jahja, juga menjadi salah satu acuan Bank Indonesi (BI) dalam menentukan suku bunga acuannya (BI rate). Jika Fed masih dipertahankan dalam waktu lama, ada kemungkinan BI rate bisa turun lagi.

"Kalau Fed rate tidak naik, saya kira BI rate bisa turun lagi, sejauh inflasi bisa dijaga rendah," ujar Jahja.

Meskipun begitu, imbuhnya, perekonomian Indonesia sekarang ini masih terbilang baik. Fundamental ekonomi masih tetap terjaga. Hal ini ia sampaikan kepada para investor di AS.

"Belum lama ini saya ketemu 23 investor di LA, saya bilang tidak perlu khawatir terhadap Indonesia, ekonomi masih bagus, saya yakinkan ke mereka jangan sampai goyang, karena hal ini sangat penting, kita salah satu bank dengan market cap terbesar di Indonesia, jangan sampai investor khawatir," pungkasnya.