World Bank Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,4%



( 2016-06-08 09:36:56 )

Bank Dunia (World Bank) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,4% dari sebelumnya 2,9% yang disampaikan pada Januari 2016 kemarin. Merosotnya harga komoditas dan menyusut permintaan di negara-negara maju mengakibatkan lemahnya perdagangan serta mengurangi aliran modal.

Dilansir CNBC, Rabu (8/6/2016) penurunan komoditas membuat pasar ekspor berjuang untuk beradaptasi dengan harga yang lebih rendah untuk minyak, logam dan komoditas lainnya. Kondisi ini membuat Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,2 poin dari outlook Januari lalu.

Sementara itu Bank Dunia menerangkan untuk impor negara-negara berkembang menjadi lebih baik, meski sektor energi menjadi penghambat. Saat ini diharapkan pertumbuhan di negara-negara tersebut akan mencapai 5,8% atau turun sepersepuluh dari persentase pada perkiraan Januari.

Di Amerika Serikat (AS), penurunan curam terjadi pada investasi sektor energi ditambah ekspor yang melemah untuk membuat Bank Dunia mengurangi prediksi pertumbuhan ekonomi menjadi 1,9%. Kawasan euro juga mengalami penurunan yang diperkirakan 1,6% pada 2016, meski mendapatkan dukungan luar biasa dari kebijakan moneter.

Sebagai negara-negara maju, mereka berjuang untuk mengatasi tantangan ketika sebagian besar perekonomian di Asia Selatan dan Timur tumbuh kokoh, seperti negara pengimpor komoditas di seluruh dunia,ucap Ekonom Utama Bank Dunia Kaushik Basu.

Di antara negara-negara berkembang yang besar, pertumbuhan China diperkirakan berkisar antara 6,7% pada 2016 setelah tahun lalu berada di angka 6,9%. Ekspansi ekonomi India yang besar diperkirakan akan stabil di angka 7,6%.

Brasil dan Rusia diproyeksikan berada pada resesi yang lebih dalam dibanding prakiraan Januari. Afrika Selatan diperkirakan tumbuh sekitar 0,6% pada 2016, 0,8% lebih lambat dibanding proyeksi pada Januari.

Meski begitu Basu mengingatkan harus mengantipasi pesatnya tingkat utang swasta di beberapa negara berkembang. Saat tren pinjaman melonjak, tidak mengherankan jika tingkat pinjaman macet, sebagai bagian naiknya pinjaman sebanyak empat kali lipat.

Dalam situasi pertumbuhan yang melamban ini, ekonomi global menghadapi risiko-risiko lebih besar, di antaranya perlambatan lebih lanjut pada negara-negara berkembang, perubahan besar pada sentimen pasar finansial, stagnasi pada negara-negara maju, periode rendahnya harga komoditas yang lebih lama dari perkiraan, risiko geopolitik berbagai negara, dan kekhawatiran terhadap efektivitas kebijakan moneter dalam mendorong pertumbuhan.