Turunnya Harga Pangan, Ekonom: Februari Terjadi Deflasi



( 2016-03-01 04:22:43 )

Para pengamat ekonomi memperkirakan deflasi terjadi selama Februari lalu hal ini dikarenakan harga kebutuhan barang dan jasa yang mulai turun sejak mengalami kenaikan di bulan Januari.

"Deflasi pada bulan Februari kemungkinan sebesar 0,1-0,2 persen, sebab bulan Januari lalu memberi pengaruh yang cukup signifikan sekali terhadap naiknya harga pangan," tutur Head of Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual, Selasa (1/3).

David menyampaikan bahwa harga bahan pangan pokok seperti beras dan jagung telah menurun sebesar 7 persen dibanding pada bulan Januari. Ia memperkirakan ke depan tren deflasi tetap terus berlanjut sampai April, mengingat ada beberapa rencana untuk menurunkan komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered price). Seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.

“Dengan teratasinya harga pangan, inflasi yang akan datang bisa ditekan. Asal mekanisme penetapan harga BBM jelas. Hal ini dapat mendorong harga minyak menjadi lebih rendah, harga pokoknya turun," ujarnya.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga memperkirakan terjadi deflasi pada Februari sebesar 0,1 persen secara bulanan, 4,62 persen secara tahunan (year-on-year). Pada akhir minggu ke-3 Februari tercatat deflasi minus 0,13 persen (month-to-month).

"Pemerintah mengimpor beberapa komoditas pangan termasuk jagung. BI yakin pada tahun 2016 inflasi akan mencapai 4 persen dengan asumsi harga minyak mentah US$37 per barel," terang Lana pada risetnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi bahwa pada bulan Februari 2016 akan mengalami deflasi pada kisaran 0,13-0,14 persen atau paling rendah dalam tiga tahun terakhir. Pada Februari 2015 tercatat deflasi 0,36 persen dan Februari 2014 tercatat inflasi 0,26 persen.