Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan 7 persen pada perdagangan hari Rabu setelah Iran sempat mengutarakan dukungannya kepada Rusia-Arab yang berencana membekukan produksi minyak guna mengurangi kelebihan pasokan di pasar yang membuat harga minyak mentah tertekan ke level paling rendah dalam belasan tahun.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh yang sudah melangsungkan pertemuan dengan para petinggi dari Venezuela, Irak dan Qatar di Teheran selama lebih dari dua jam, menuturkan bahwa usulan batas produksi harus menjadi langkah pertama guna menstabilkan pasar.

Zanganeh, seperti dikutip oleh kantor berita Iran Shana, tidak mengatakan secara spesifik kalau Iran akan tetap menjaga produksinya seperti pada level bulan Januari, sejalan dengan tawaran bahwa produsen utama termasuk Rusia dan Arab Saudi yang membatasi output.

Seorang pejabat Iran, yang berbicara sebelum pertemuan hari Rabu, mengungkapkan bahwa Iran akan terus meningkatkan produksi minyaknya ke level sebelum sanksi perdagangan dijatuhkan pada produsen terbesar keempat di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) itu pada tahun 2012.

Teheran sudah menjadi hambatan utama untuk kesepakatan OPEC dan non-OPEC dalam waktu 15 tahun, setelah janjinya untuk merebut kembali pangsa pasar yang hilang pasca sanksi.

Walaupun begitu, dukungan Zanganeh terkait rencana pembekuan produksi membantu menimbulkan reli kenaikan harga yang kuat.

Harga minyak Brent LCOc1 ditutup naik US$2,32 atau 7,2 persen pada US$34,50 per barel. Sementara untuk harga minyak CLc1 mentah AS ditutup menguat US$1,62, atau 5,6 persen, pada US$30,66 per barel.

Harga membuat panjang penaikan dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data dari kelompok industri American Petroleum Institute memperlihatkan penurunan persediaan 3,3 juta barel. Jumlah tersebut berbeda dibanding prediksi analis yang memperkirakan penaikan 3,9 juta barel. Pemerintah AS akan mengeluarkan data persediaan resmi pada hari Kamis.