Meski Tanpa KMP, Partai Politk Bisa Tetap Kritis, Ucap Pengamat CSIS



( 2016-02-15 03:01:39 )

Partai Gerindra menyatakan Koalisi Merah Putih atau KMP telah ditinggalkan sejumlah partai pendukungnya. Partai pimpinan Prabowo Subianto itu pun mendeklarasikan sebagai partai oposisi yang tinggal sendiri di KMP.‎

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik CSIS J Kristiadi menilai setelah ditinggal partai pendukungnya, posisi KMP sebagai oposisi di luar pemerintah tidak akan sekuat seperti awal pemerintahan Jokowi-JK.

Namun begitu, menurut dia yang terpenting adalah sikap kritis partai politik yang berada di luar pemerintah tetap rasional dan bukan hanya mementingkan hal-hal yang bersifat keperluan partai.

Kritis ‎itu orientasinya kepentingan umum, bukan kritis merebut kedudukan di DPR dan sebagainya. Bagi saya lebih baik ada partai yang berada di luar pemerintahan dan melakukan hal-hal seperti, ini bener nih, kita dukung. Ini nggak benar, ditolak, ujar Kristiadi.

Menurut dia, tanpa adanya KMP, partai-partai yang memutuskan menjadi oposisi dapat tetap kritis dan menjadi oposisi yang loyal. Khusus untuk Golkar dan PPP yang telah menyeberang dari partai oposisi menjadi partai pendukung pemerintah, dia menilai partai tersebut perlu kembali membangun kepercayaan masyarakat. Terlebih 2 partai tersebut hingga kini masih dilanda perpecahan dan sengketa kepengurusan.

Golkar dapat kita lihat masih terengah-engah untuk dapat kepercayaan masyarakat, karena begitu buruk reputasinya sekarang. Begitu pun PPP. Kalau PAN yang lebih dulu mendukung pemerintah agak lebih sehat, karena PAN menurut saya punya tokoh sentral yang lumayan bagus seperti ketua umumnya Zulkifli Hasan yang bisa jadi tokoh pemersatu, ujar Kristiadi kembali. ‎
Berkoalisi dengan Elite

‎Senada dengan Kristiadi, aktivis muda Herfan Nurmansa mengatakan batasan antara KMP dan KIH tidak terlalu penting saat ini. Yang utama adalah partai politik harus berani mengubah orientasinya dengan berpedoman pada kepentingan rakyat.

Sekarang saatnya parpol yang kiranya ingin dilihat jelas oleh rakyat adalah parpol yang dapat dengan ikhlas tanpa pamrih menegakkan konstitusi negara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, ucap Herfan.

Dia menilai selama ini semua partai politik hanya berkoalisi dengan para elite tertentu namun tidak merangkul rakyat. Hal itu menurutnya menjadi penyebab hingga kini cita-cita reformasi yang digulirkan sejak 1998 sulit digapai. Kebanyakan parpol orientasinya adalah bermukah diri ke dalam sebuah kepentingan pribadi dan kelompok, ucap Herfan.

Ia pun menganggap masih bertahannya Gerindra sebagai partai oposisi dalam KMP dapat terus kritis terhadap pemerintah. Mungkin salah satunya Gerindra yang kiranya masih dapat dipertanyakan konsistensinya, yang penting jangan abu-abu seperti parpol lainnya. ‎Kalau Gerindra tidak abu-abu harusnya segera merangkul rakyat menjadi motor penggerak kita kembali kepada Pancasila dan UUD 1945, akhir ucapan Herfan.‎