Harga Pangan Meroket Picu Peningkatan Inflasi Januari 0,7%



( 2016-02-01 03:40:30 )

Inflasi yang terjadi pada Januari 2016 diprediksi mencapai kisaran 0,5 persen samapi 0,7 persen. Penyumbang inflasi terbesar pada bulan pertama ini yaitu harga bahan pangan yang melambung meskipun terdapat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).

Pengamat ekonomi, Agustar Radjali memperkirakan tren inflasi pada awal tahun cenderung lebih rendah karena tidak ada perayaan hari besar, seperti pada bulan Desember Natal dan Tahun Baru. Apalagi, tambahnya, terjadi penurunan harga BBM di Januari 2016.

"Di awal tahun tidak ada perayaan yang istimewa, jadi pembengkakan harga jual tidak terjadi, hal ini berbeda dengan bulan Desember di mana semua harga bahan pangan dan kebutuhan pokok mengalami pelonjakan," tutur dia, Senin (1/2/2016).

Ia menilai, lonjakan yang terjadi pada harga daging ayam dan daging sapi belum memberi dampak yang begitu besar meskipun ada beberapa masyarakat yang mengeluhkannya. Dengan demikian, Agustra memperkirakan inflasi Januari 2016 di bawah realisasi inflasi Desember lalu sebesar 0,96 persen.

"Harga daging ayam dan daging sapi yang mengalami kenaikan, itu pun multiplier effect-nya belum signifikan hal ini disebabkan kenaikannya tidak dari awal Januari. Jadi saya merasa yakin bahwa inflasi bisa dikisaran 0,5 persen-0,7 persen," terang Agustar.

Disamping itu, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution memproyeksikan kalau inflasi di Januari ini mencapai angka 0,68 persen dan 4,30 persen secara tahunan atau di 2016.

Terpisah, Deputy Country Director Asian Development Bank (ADB) di Indonesia, Edimon Ginting menjelaskan, naiknya harga daging sapi yang terjadi pada pekan terakhir ini tentu akan memberi pengaruh terhadap inflasi karena terjadi masalah pada suplai dan permintaan.

"Meroketnya harga daging yang disebabkan kurangnya suplai di dalam negeri, tapi pemerintah kan langsung bereaksi dengan membuka keran impor sapi bukan cuma di Australia dan Selandia Baru, jadi hal ini juga bagus buat suplai kita ke depan," kata Edimon.

Edimon juga menuturkan, langkah yang diambil pemerintah sangat tepat yaitu mengeluarkan paket kebijakan jilid IX yang didalamnya untuk menstabilisasi harga daging sapi di pasaran.

"Impor bukan merupakan hal negatif jika dibutuhkan. Akan tetapi kita juga tetap berusaha agar produksi di dalam negeri cukup. Kalau tidak cukup, ya kita impor," tutur Edimon.

Namun demikian, Edimon tetap optimistis, kalau inflasi yang terjadi di tahun ini dapat terjaga bahkan perkiraannya di bawah 4 persen (year on year/Yoy). "Setiap tahun memang seperti itu, kalau BBM naik inflasi tinggi. Tapi setelahnya inflasi akan rendah walaupun ada sedikit tekanan dari bahan pangan, namun yang perlu diantisipasi bukan cuma itu saja, tapi juga komoditas lainnya karena El Nino," pungkas dia.