Terendah Dalam 12 Tahun, Harga Minyak Capai US$ 31 Per Barel



( 2016-01-12 08:44:20 )

Harga minyak terus mengalami tekanan yang disebabkan permintaan energi dari China melambat. Di samping itu Iran juga akan menambah pasokan minyak dunia sehingga menyebabkan harga minyak terus tertekan.

Harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) berada di bawah level US$ 32 per barel awal pekan ini untuk pertama kali sejak Desember 2003.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menurun 5,3 persen atau US$ 1,75 menjadi US$ 31,41 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan harga minyak mampu melampaui angka 10 persen pada pekan lalu. Tertekannya harga minyak itu memicu penurunan ke level terendah sejak 5 Desember 2003.

Tim Evans, selaku Direktur Long Leaf Trading Group, mengatakan harga minyak berada di bawah US$ 32 untuk WTI yang merupakan level kunci support penting.

"Para pelaku pasar terus memantau perkembangan berita dari China untuk mengubah arah investasinya. Pelaku pasar juga menilai data ekonomi AS pada pekan ini. Pasar memerlukan sentimen yang kuat supaya mampu mengatasi pelemahan Asia," tutur Evans yang dilansir dari laman Marketwatch, Selasa (12/1/2016).

Disamping itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Februari mengalami pelemahan 6 persen menjadi US$ 31,55 per barel di London's ICE Future Exchange. Level tersebut merupakan level terendah sejak 6 April 2004. Ada pun kondisi ekonomi China yang masih menjadi sentimen yang berdampak besar bagi pasar termasuk minyak.

"Sentimen yang terjadi beraneka ragam mulai dari kondisi ekonomi China dan kebijakan moneter lainnya yang di luar Amerika Serikat (AS) membebani pasar, dan terlihat datang secara bersamaan," tutur Kirk McDonald, Analis Senior Argent Capital Management.

Ia juga menambahkan, penguatan dolar AS serta kenaikan suku bunga bank sentral AS juga berdampak sentimen negatif terhadap harga minyak.

Akan tetapi, Tyler Richey Editor The 7:00 Report menjelaskan jika pendorong tekanan harga minyak lebih kepada produksi minyak global berlebih. "Kelihatannya untuk harga minyak jenis WTI mendekati US$ 20 mungkin dapat terjadi," ujar dia.

Di pekan ini, para pelaku pasar akan terus memantau data produksi minyak mentah AS dan neraca perdagangan China.