Awal Sesi Perdagangan 2016 Dollar Stabil



( 2016-01-04 10:57:26 )

Diawali sesi perdagangan aktif pertama di tahun 2016, Dolar AS melambung di atas level tinggi dua minggu terhadap sekeranjang mata uang mayor di hari Senin (04/01) ini. Beberapa analis memperkirakan, pasar di tahun ini akan digerakkan oleh jauhnya perbedaan kebijakan moneter antara Bank Sentral AS dengan Bank Sentral - Bank Sentral mayor lainnya. Hal ini berpotensi mengakibatkan tajamnya selisih antara Dolar AS dan mata uang mayor lainnya.

Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap mata uang - mata uang mayor lainnya, menginjak di posisi 98.727. Kenaikan di atas level 98.778 akan menjadi level yang tertinggi sejak tanggal 21 Desember. Indeks Dolar mendulang kenaikan hingga hampir 10 persen di akhir tahun 2015 setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak delapan tahun terakhir. Sebaliknya, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BOJ) masih bersarang di kebijakan moneter luas.

Dolar AS konsisten di posisi 120.305 terhadap Yen. Break di bawah 120.005 akan membawa Dolar ke level rendahnya terhadap Yen sejak Oktober 2015. Dolar terus mengurangi kekuatannya terhadap Yen dalam beberapa sesi perdagangan terakhir seiring dengan minat risiko yang terpukul oleh faktor-faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak. Sementara perbedaan kebijakan moneter antara The Fed dan BOJ yang kian berlawanan, aksi penghindaran risiko menahan harga komoditas tak kian menurun dan prospek lemahnya pertumbuhan ekonomi China dapat mendorong naik safe haven seperti Yen.

Dolar AS terpantau lebih baik terhadap Euro di hari Senin ini. Mata uang common currency tersebut terlihat datar di angka 1.0852 per Dolar AS setelah sedikit tergelincir ke angka 1.0845, level terendah sejak tanggal 18 Desember. Seorang Ahli strategi Barclays yang dikutip dari Reuters, menuliskan bahwa " Pasar forex sepertinya akan memulai tahun 2016 ini dengan pergerakan yang mencerminkan 'deja vu' karena beberapa hal yang melatarbelakangi perdagangan tahun lalu masih belum bergeser dari posisinya. Satu hal yang berpengaruh adalah divergensi kebijakan moneter yang dipimpin oleh The Fed, menurunnya harga komoditas, dan peran lemahnya perekonomian China dan negara-negara berkembang dalam pemulihan global ", Lanjutnya.