Eskalasi Perang Dagang Tarik IHSG ke Zona Negatif



( 2018-09-25 02:53:18 )

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak melemah pada perdagangan saham Selasa (25/9/2018). Investor kini berharap adanya rekonsiliasi antara Amerika Serikat (AS) dan China dalam hal perdagangan.
Di tengah pemberlakuan tarif oleh AS terhadap China, sentimen ini akan menjadi sentimen eksternal yang cukup berdampak bagi gerak IHSG. Meski begitu, ada kemungkinan bagi China tidak menyelesaikan konflik dagang dalam meja perundingan.
Satu sisi, kemungkinan perang dagang ini juga bisa berlangsung lama. Pasalnya, China tak akan mengubah kebijakan domestiknya meski mendapat tekanan dari AS. IHSG diprediksi mengindikasikan tren pelemahan di level support 5.937 dan resisten 5.977.
Sinyal potensi pelemahan IHSG cukup besar pada pergerakan indeks saham Selasa ini. IHSG bakal terproyeksi dalam rentang 5.823-5.987. Secara teknikal, indikasi pola grafik engulfing candlestick pada IHSG cukup memberi sinyal bahwa IHSG bakal bearish yakni melemah. Jadi potensinya bakal lanjutkan pelemahan.
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu beranjak dari zona merah. 10 sektor saham melemah telah menekan IHSG. Di sisi lain, investor asing melakukan aksi beli saham.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (24/9/2018), IHSG melemah 75,52 poin atau 1,27 persen ke posisi 5.882,22. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,64 persen ke posisi 927,99. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.958,56 dan terendah 5.876,64. Sebanyak 268 saham melemah sehingga menekan IHSG. 112 saham menguat dan 122 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 356.554 kali dengan volume perdagangan 9,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 243,98 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.871.
10 sektor saham tertekan. Sektor saham barang konsumsi melemah 1,59 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham tambang susut 1,56 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 1,53 persen.
Saham-saham yang mampu menguat antara lain saham DIGI melonjak 25 persen ke posisi 825 per saham, saham INAF mendaki 24,84 persen ke posisi 4.020 per saham, dan saham NIKL menanjak 24,67 persen ke posisi 2.830 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TRAM melemah 17,32 persen ke posisi 210 per saham, saham CANO merosot 13,81 persen ke posisi 181 per saham, dan saham BKSW turun 13,50 persen ke posisi 173 per saham.
Sebagian besar indeks saham acuan merosot. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,62 persen, indeks saham Thailand tergelincir 0,25 persen. Sedangkan indeks saham Singapura naik 0,05 persen.
Secara eksternal, ketika negara lain sedang peringati hari libur nasional antara lain China, Korea Selatan dan Jepang, pelaku pasar cenderung wait and see. Di sisi lain, minimnya sentimen positif dari dalam negeri juga memberikan pengaruh tersebut. Ditambah lagi dengan ada harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve sebesar 25 basis poin (bps).