IHSG Berpeluang Koreksi



( 2018-07-17 02:12:09 )

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang lanjutkan koreksi pada perdagangan saham di hari Selasa pekan ini. Hal itu didorong sentimen eksternal masih bayangi IHSG.

Menurut salah satu Analis yang bernama Nafan Aji menuturkan, bahwa sentimen eksternal masih kuat sehingga pengaruhi IHSG. Pelaku pasar global mencermati pidato pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve Jerome Powell mengenai dampak perang dagang terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS.

Nafan mengatakan, bahwa pernyataan the Federal Reserve ditunggu terkait mengenai kebijakan moneternya. Diperkirakan the Federal Reseve menaikkan suku bunga lagi sebanyak dua kali.

Sedangkan dari internal, minim data ekonomi. Namun, Nafan menuturkan, bila dolar AS perkasa imbas sentimen the Federal Reserve dapat tekan nilai tukar rupiah. Hal itu juga akan pengaruhi IHSG.

"IHSG berpeluang koreksi dengan kisaran 5.794-6.013," ujar Nafan saat dihubungi, pada hari Selasa (17.07.2018).

Sementara itu, Kepala Riset yang bernama Kiswoyo Adi Joe menuturkan, bahwa IHSG berpeluang naik. Penguatan IHSG asal didukung bursa saham AS bergerak positif. Selain itu, pelaku pasar juga menanti laporan keuangan kuartal II 2018.

"IHSG akan bergerak di kisaran 5.800-6.000,” kata dia.

Pada penutupan perdagangan saham di hari Senin 16 Juli 2018, IHSG melemah 38,91 poin atau 0,65 persen ke posisi 5.905. Data ekonomi neraca perdagangan pengaruhi IHSG.

Neraca perdagangan pada bulan Juni 2018 catatkan surplus USD 1,74 miliar. Angka ini lebih tinggi dari konsensus USD 0,9 miliar. PT Ashmore Asset Management Indonesia melihat perlambatan ekspor dan impor mempengaruhi neraca perdagangan. Akan tetapi, impor non migas sangat ditekan. Ini karena waktu kerja yang kurang pada Juni 2018.

Namun, ada kejutan dari fiskal yang positif. Penerimaan pajak dan bukan pajak tumbuh masing-masing 16 persen dan 21 persen pada semester I 2018. Kementerian Keuangan mengindikasikan serius untuk batasi defisit fiskal dua persen meski pemilihan presiden pada tahun 2019 dan insentif untuk meningkatkan belanja.

Indeks kepercayaan konsumen juga mencapai 128,1 pada bulan Juni. Ini didorong tunjangan hari raya (THR) yang sebabkan peningkatan komponen pembelian barang tahan lama.

"Semua data ekonomi itu mengarah pada stabilitas rupiah dan pasar modal yang lebih baik dalam waktu dekat meski volatilitas akibat perang dagang masih akan berlangsung dalam waktu dekat,” seperti dikutip dari laporan Ashmore Asset Management Indonesia.