Dolar AS dan Perang Dagang Membayangi Harga Emas



( 2018-06-25 02:26:04 )

Pergerakan harga emas menanti sentimen positif untuk kembali bangkit usai capat level terendah dalam enam bulan pada pekan lalu. Laju dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran perang dagang bayangi harga emas.

Pada pekan lalu, meski ketegangan perang dagang dan ketidakpastian perang dagang meningkat, sebagian besar harga emas terbebani oleh dolar AS. Harga emas untuk pengiriman bulan Agustus turun dari posisi tertinggi USD 1.313 per ounce pada tanggal 14 Juni 2018 ke level terendah USD 1.262,40 per ounce pada tanggal 21 Juni.

Analis menilai, bahwa sejumlah alasan mengapa emas tidak seperti aset investasi aman saat ini. Analis Kitco.com,Jim Wyckoff menuturkan, emas seperti komoditas mentah bukan safe haven pada pekan lalu. Ia juga mengaitkan sedikit pergerakan harga emas dengan kenaikan harga minyak.

"Emas didukung kenaikan harga minyak mentah dengan Nymex naik sekitar USD 2 per barel usai OPEC sepakat untuk menaikkan produksi minyak hanya 1 juta barel per hari. Indeks dolar AS pun diperdagangkan lebih rendah," ujar dia.

Sedangkan Capital Economics tak setuju terhadap pandangan tersebut. Harga minyak lebih tinggi dari pada tahun lalu dinilai seharusnya tidak membuat pandangan tekanan inflasi mereda.

Secara teori, harga emas melemah didorong dolar AS menguat, pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang agresif, dan lainnya. Ekonom Capital Economics Simona Gambarini menuturkan, pergerakan harga emas ke depan akan bergantung pada dolar AS.

"Harga emas positif dapat diredam karena efek akhir tergantung pada dolar AS. Harga emas tidak naik banyak meski ada ketidakpastian dan risiko geopolitik,” ujar Simona, seperti dikutip dari laman Kitco, pada hari Senin (25.06.2018).

Akan tetapi, ia menambahkan, jika ada perkembangan lebih lanjut terkait retorika perang dagang dapat membebani dolar AS. Harga emas akan naik melewati USD 1.300 per ounce.

"Ketegangan perang dagang, secara umum berdampak pada dolar AS, permintaan safe haven dan permintaan untuk lindungi nilai inflasi. Eskalasi mungkin bisa positif untuk emas karena ketidakpastian. Pada saat yang sama, ketegangan perdagangan yang melibatkan AS itu juga harus positif untuk harga emas,” ujar dia.

Selain itu, bank sentral AS atau pejabat the Federal Reserve juga memainkan peran besar untuk emas yang dapat menekan harga emas. Analis melihat the Federal Reserve lebih agresif sekarang karena menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada tahun 2018.

"Pandangan hawkish adalah membatasi reli harga emas karena bersaing dengan tingkat bunga lebih tinggi," ujar George Gero, Direktur RBC Wealth Management.

Reli dolar AS diperkirakan melemah dan ketegangan perdagangan meningkat. Sentimen itu diharapkan dapat mendukung harga emas. Ekonom Capital Economic juga prediksi permintaan emas dalam jangka pendek juga dapat dongkrak harga emas.

"Investor mungkin akan keluar dari aset berisiko dan masuk ke safe haven jika ketegangan meningkat. Perang dagang mungkin akan jadi inflasi bagi AS," tulis Ekonom Capital Economics.

Chief Market Strategis SIA Wealth Management, Cloin Cieszynski memprediksi, harga emas dapat menguat pada pekan ini. "Secara teknikal, harga emas siap untuk menguat, dengan berita bank sentral keluar dan risiko perang dagang meningkat, saya pikir emas dan dolar AS akan koreksi,” ujar dia.

Berdasarkan survei mingguan Kitco, analis wall street prediksi emas tetap menguat. Sedangkan analis main stree menilai harga emas akan bervariasi.Pada pekan ini, sejumlah data makro ekonomi akan rilis antara lain pesanan barang tahan lama dan penjualan rumah. Selain itu, produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II.

"Jika emas tetap di sekitar USD 1.270 itu akan mengecewakan pelaku pasar. Akan tetapi, harga emas dapat reli jika tetap di atas USD 1.270. Ini bisa menarik dan ada volatilitas," ujar Gero.