Harga Emas Melonjak Usai The Fed Pertahankan Suku Bunga



( 2018-05-03 02:13:51 )

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan memberikan angin segaruntuk harga emas. Harga emas melonjak dari posisi terendah dalam empat bulan terakhir.

The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan seperti yang diharapkan pelaku pasar. Suku bunga acuan the FederalReserve berada di kisaran 1,5 persen-1,75 persen. Namun, the Federal Reserve mengingatkan soal tekanan inflasiyang positif untuk emas.

"Langkah-langkah dari kompensansi inflasi rendah,survei terhadap harapan inflasi jangka panjang sedikit berubah,pada keseimbangan. Inflasi dalam 12 bulan akan menuju target dua persen," tulis pernyataan the Federal Reserve,seperti dikutip dari laman Kitco, pada hari Kamis (03.05.2018).

Sejumlah ekonom menilai, bahwa bank sentral AS tetap pertahankan suku bunga menunjukkan bank sentral AS tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan lebih cepat. Diperkirakan suku bunga the Federal Reserve naik lagi sebanyak dua kali pada tahun 2018.

Harga emas pun berjuang untuk kembali menemukan momentum seiring dolar AS menguat. Harga emas kembali bertahan dalam rentang transaksi yang didukung psikologis pada posisi USD 1.300.

Harga emas pun dapat menguat dari posisi terendahnya. Harga emas berjangka untuk pengiriman bulan Juni ditransaksikan naik 0,36 persen. Harga emas berada di posisi USD 1.311,50 per ounce.

Pelaku pasar pun fokus pada sasaran inflasi simetri the Federal Reserve yang bisa menjadi indikasi kalau bank sentral AS itu sengajabiarkan inflasi naik di atas dua persen. Ini untuk menggantikan tekanan terhadap tekanan harga pada bulan sebelumnya.

Analis mengatakan, kalau emas dapat memperoleh manfaat dari inflasi tinggi. Ini akan mempertahankan suku bunga riil yang relatif rendah.Royce Mendes, Ekonom Senior CICB World Markets menuturkan, pernyataan the Federal Reserve tidak memberikan banyak panduanuntuk kenaikan suku bunga pada Juni. Ia mengharapkan, ekonomi AS dapat terus berkembang.

"Kurangnya komitmen kuat untuk kenaikan suku bunga jangka pedenk sejauh ini terlihat dari imbal hasil rendah dan dolar AS depresiasi.Akan tetapi kami masih meliat percepatan pertumbuhan di kemudian hari," kata Mendes.