Wall Street Merosot Terseret Imbal Hasil Obligasi AS



( 2018-02-22 02:35:17 )

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak hingga akhirnya bergerak di zona merah usai rilis hasil rapat bank sentral AS atau the Federal Reserve pada pertemuan bulan Januari 2018 lalu.

Pada penutupan perdagangan saham, pada hari Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 166,97 poin atau 0,67 persen ke posisi 24.797,78. Indeks saham S&P 500 melemah 14,93 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.701,33. Indeks saham Nasdaq tergelincir 16,08 poin atau 0,22 persen ke posisi 7.218,23.

Notulensi hasil rapat bank sentral AS pada Januari mempengaruhi wall street. Bank sentral AS menetapkan suku bunga tetap pada Januari 2018. Hasil rapat bank sentral yang dirilis pada Rabu waktu setempat menunjukkan pejabat bank sentral AS makin percaya diri menaikkan suku bunga, dan inflasi diprediksi naik.

Hasil rapat bank sentral AS pun mendorong imbal hasil surat berharga AS atau obligasi bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam empat tahun. Imbal hasil surat berharga AS mencapai 2,9 persen.

"Tak ada hal mengejutkan bagaimana skema besar. Ini sesuai dengan harapan pasar dan suku bunga akan naik secara bertahap," kata Michael Skordeles, Analis Suntrust Advisory Services."

Tak ada hal mengejutkan untuk menenangkan pasar," tambah dia,seperti dikutip dari laman Reuters, pada hari Kamis (22.02.2018).

Bank sentral AS juga dinilai tidak terlalu khawatirkan inflasi. "Hasil rapat bank sentral AS mengindikasikan anggota the Federal Reserve tidak terlalu khawatir soal inflasi,"ujar Chief Investment Strategist State Street Global Advisors Michael Arone.

Ia menilai bank sentral AS kemungkinan menaikkan suku bunga mengingat sejumlah data ekonomi baik pada awal bulan Januari. Ini ditunjukkan menguatnya laporan data tenaga kerja, upah naik, dan diikuti indeks harga konsumen.

Berdasarkan data Reuters, keyakinan pelaku pasar suku bunga akan naik pada pertemuan bank sentral AS pada Maret menjadi 93,5 persen. Bank sentral AS diprediksi menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.

Selain itu, inflasi menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Kekhawatiran inflasi itu membuat indeks saham S&P 500 melemah lebih dari 10 persen sejak 26 Januari. Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun stabil di kisaran 2,9 persen.

"Ini memang pola tidak biasa. Akan tetapi pemulihan tetap berlanjut. Pelaku pasar akan melihat pasar keuangan tetap naik di tengah ada kemungkinan test level bawah," ujar Jeff Zipper, Direktur US Bank Private Client Reserve.

Sejumlah sektor saham pun mencatatkan performa terbaik. Sektor saham industri naik 1,45 persen. Sektor saham industri membukukan performa terbaik di antara 11 sektor saham lainnya. Sedangkan sektor saham material mendaki 1,13 persen. Sektor saham properti melemah 0,54 persen seiring data penjualan rumah turun pada Januari.

Volume perdagangan saham di wall street mencapai 6,96 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan saham 8,49 miliar saham.