Usai Tertekan Dalam, Harga Emas Kembali Menguat



( 2017-11-22 02:22:50 )

Harga emas melambung pada perdagangan di hari Selasa karena dolar AS melemah tajam. Investor menunggu keluarnya risalah pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Rederal Reserve (the Fed) mengenai arah kebijakan suku bunga.

Selain itu, harga emas juga naik karena mendapat keuntungan dari beberapa pembelian investor yang memang tengah memburu aset-aset safe haven karena adanya krisis politik di Jerman.

Mengutip Reuters, pada hari Rabu (22.11.2017), harga emas di pasar spot mengalami kenaikan sebesar 0,3 persen ke level US$ 1.280,63 per ounce pada pukul 01.44 siang waktu New York. Pada perdagangan sehari sebelumnya harga emas turun cukup dalam dan menjadi penurunan terbesar sejak tanggal 11 September.

Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman pada bulan Desember ditutup naik US$ 6,40 atau 0,5 persen ke level US$ 1.281,70 per ounce.

Harga perak naik 0,2 persen menjadi US$ 16,94 per ounce. Pada perdagangan sehari sebelumnya harga perak turun 2,3 persen dan menjadi penurunan terbesar sejak tanggal 26 September.

"Melihat bahwa harga emas dan perak mengalami penurunan yang cukup dalam pada perdagangan Senin kemarin maka pada Selasa pelaku pasar sedikit melakukan bargain hunting dengan masuk kembali ke pasar," jelas analis High Ridge Futures, Chicago, David Meger.

The Fed pada hari ini akan mengeluarkan risalah harus pertemuan bulanan. Dalam risalah tersebut terdapat sinyal mengenai kebijakan moneter AS.

"Kenaikan suku bunga the Fed pada bulan Desember hampir menjadi kenyataan. Saat ini orang-orang lebih banyak mencari arah kebijakan untuk masa depan," jelas analis komoditas ABN AMRO Georgette Boelle.

Pada perdagangan kemarin, harga emas turun lebih dari 1 persen, mengalah seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS) serta prediksi Bank Sentral kembali menaikkan kenaikan suku bunga acuan.

Harga emas dipengaruhi dolar yang kembali perkasa. Dolar menyentuh posisi tertinggi terhadap mata uang lainnya hampir seminggu. Seperti terhadap euro yang melemah di tengah kegagalan Merkel membentuk pemerintah koalisi tiga arah.

Di sisi lain, ekuitas global naik seiring kepercayaan atas pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia dan gagalnya pembicaraan pemerintah Jerman. "Pembalikan ini tidak terlalu mengejutkan karena pernah terjadi," kata Rob Haworth, Ahli Strategi Investasi Senior Bank Wealth Management AS.

"Dolar menguat ... dan kemungkinan tingkat suku bunga kembali naik. Saya pikir kita pada bulan Desember akan melihat dua atau tiga tahun depan," dia menambahkan.