Pemerintah Optimistis Desak Inflasi Sampai Akhir Tahun 2017



( 2017-11-21 04:27:06 )

Pemerintah berkeyakinan dapat menggencet inflasi sampai dengan akhir tahun 2017, karena ada usaha untuk menstabilkan harga bahan pokok menjelang Natal dan pergantian tahun baru 2018.

Iskandar Simorangkir yang merupakan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, dalam acara pelatihan wartawan daerah – Bank Indonesia, mengatakan bahwa estimasi inflasi hanya 3,2 persen pada Natal dan Tahun Baru karena tidak setinggi dengan waktu sebelumnya. “Perhitungan kami 3,2 atau 3,3 persen (sepanjang 2017). Kami optimistis Natal dan Tahun Baru tidak setinggi sebelumnya. Dalam dua bulan ini, kami senantiasa mengadakan rapat koordinasi di pusat,” kata Iskandar Simorangkir saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada Senin (20/11/2017).

Ia menerangkan, bermacam-macam usaha dilakukan demi mencegah terjadinya kenaikan harga bahan pokok yang cukup signifikan. Usaha itu, diharapkan inflasi dapat terjaga dengan baik.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelistyoningnsih menambahkan menjelang tahun baru serta perayaan Natal, ada tren kenaikan harga bahan pokok. Kondisi barang yang terbatas, juga bisa menimbulkan lonjakan yang berlebihan di pasar, misalnya harga daging sapi saat menjelang Lebaran 2017 bisa mencapai Rp 120 ribu per kilogram. “Memang pada saat tertentu permintaan ada faktor musiman, misalnya Lebaran, menjelang akhir tahun, Natal, dan ini permintaan naik. Namun, untuk Lebaran 2017 lumayan terjaga. Harga daging terjaga, dan ini upaya maksimal dari pemerintah untuk menahan harga melalui impor,” tegasnya.

Ia mengatakan, TPID memang sangat dibutuhkan perannya untuk bisa membantu menekan harga melalui beragam monitoring. TPID bisa melakukan survei ke pasar, memastikan harga tidak mengalami lonjakan kenaikan secara berlebihan.

Selain melakukan peninjauan secara langsung harga bahan pokok di pasar, Lana yang juga menjadi dosen sebuah universitas negeri di Jakarta ini juga menambahkan adanya sistem pemantauan harga bahan pokok dengan memanfaatkan dalam jaringan juga dinilai cukup efektif. “Saya kira monitoring dengan menggunakan sistem daring yang nyata diperlukan,” katanya.

Ia melanjutkan, permintaan menjelang Natal ataupun tahun baru dipastikan juga ada, namun diprediksi tidak sebesar saat perayaan Lebaran. Pemantuan harus terus dilakukan terutama pada 10 bahan pokok, agar harganya terjaga. “Biasanya ada permintaan naik, tapi tidak sebesar kenaikan saat puasa atau Lebaran. Bahan makanan yang vital, misalnya harga beras. Pokok yang jelas 10 bahan pokok utama. Ini jika inflasi tidak dijaga, orang gampang dipicu isu macam-macam, jadi pemerintah harus ‘All out’ di harga,” katanya.

Terkait dengan keterlibatan BUMD yang bisa membantu menjaga stabilitas harga bahan pokok, ia mengatakan hal itu bisa saja dilakukan oleh pemerintah daerah. BUMD pangan misalnya, dapat diajak musyawarah bersama demi mencari solusi demi mengurangi kenaikan harga bahan pokok.