Tidak Minat Jadi Petani, Jumlah Petani di Sultra Alami Penurunan Selama 6 Tahun



( 2017-10-04 03:49:15 )

Badan Pusat Statistik (BPS) mengutarakan petani di Sulawesi Utara dalam waktu enam tahun mengalami penurunan sebanyak 13.597 orang menjadi 489.289 orang pada tahun 2015, yang sebelumnya adalah 502.886 orang pada tahun 2009. Jika dirata-ratakan maka terdapat penyusutan jumlah petani sekitar 2.266 orang atau sekitar 0,45% di setiap tahunnya.

“Data ini setidaknya menunjukkan dua hal yakni pertama, petani yang sudah tua atau tidak produktif tidak lagi tergantikan oleh petani baru atau muda dan kedua, terdapat alih profesi dari petani ke pekerjaan lainnya,” ucap Muhammad Nasir selaku Kadis Pertanian dan Peternakan Sultra, di Kendari, pada Selasa (03/10/2017).

Namun, lanjutnya, hal yang paling mendasar dari penurunan jumlah petani adalah bahwa menjadi petani bukan lagi profesi yang diminati oleh masyarakat. Generasi muda lebih memilih mencari pekerjaan di luar pertanian. Mereka yang bertahan sebagai petani, boleh dikatakan merupakan orang-orang yang tidak memiliki pilihan lain. “Akibatnya, petani kita adalah orang-orang dengan sumber daya manusia yang rendah. Seberapapun banyaknya bantuan atau fasilitasi yang diberikan pemerintah, jika tidak dibarengi dengan peningkatan SDM, maka pencapaiannya tidak akan optimal,” imbun Nasir.

Menurut Nasir, dalam pertemuan yang diikutinya di Bogor, belum lama ini, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Momon Rusmono menyampaikan, salah satu program prioritas Kementerian Pertanian adalah regenerasi petani. Kegiatan pengawalan dan pendampingan petani yang difasilitasi oleh pemerintah sengaja mengikutsertakan mahasiswa, supaya mereka tertarik dengan pertanian. Para alumni yang baru lulus juga diikutsertakan supaya mereka mau berkiprah di dunia pertanian, termasuk para pemuda tani yang ada di masyarakat.

Perguruan tinggi yang berada di bawah Kementerian Pertanian seperti Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) akan diganti menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Jika dulu STPP hanya menciptakan pengajar, maka politeknik ini akan menciptakan wirausaha muda di bidang pertanian. “Dalam waktu dekat, kami akan undang Kepala BPPSDM Pertanian untuk berbicara di depan para bupati atau walikota se-Sultra mengenai pentingnya membangun SDM pertanian dan regenerasi petani. Kita berharap para kepala daerah memiliki program prioritas terkait pengembangan SDM pertanian,” kata Nasir mengakhiri.