Semester II/2017 Jadi Momentum Yang Tepat Untuk Pencairan Kredit Investasi



( 2017-09-18 03:50:04 )

Pada semester II/2017 akan menjadi momentum korporasi baik badan usaha milik negara maupun swasta untuk mulai mencairkan kredit investasi bagi sekelompok bank berpelat merah. Akan tetapi, semua itu kembali sesuai dengan rencana pengembangan masing-masing debitur.

Alexandra Askandar sebagai SEVP Corporate Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengungkapkan untuk perseroan, tren penarikan kredit investasi, terutama pada sektor infrastruktur sangat tergantung kepada pengerjaan proyeknya. “Semakin cepat perkembangan pengerjaan proyeknya, pencairan penggunaan fasilitas kreditnya pun juga semakin cepat,” tuturnya kepada Bisnis pada pekan lalu.

Untuk bank yang memiliki kode emiten BMRI itu, sampai akhir semester I/2017 mengagendakan perkembeangan kredit investasi sebesar 14,43 persen menjadi Rp 183,16 triliun.

Selaras dengan Alexandra, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Achmad Baiquni mengatakan, kalau dilihat memang kredit yang belum ditarik untuk kredit investasi masih cukup tinggi, tetapi hal itu disebabkan oleh memang belum waktunya melakukan penarikan kredit investasi tersebut. “Kalau investasi kan memang harus sesuai jadwal yang sudah direncanakan, berbeda dengan kredit modal kerja,” ujarnya.

Baiquni menyebutkan, meskipun demikian, sudah ada beberapa debitur korporasi swasta yang sudah menarik kredit untuk belanja modal yang berarti menggunakan kredit investasi. Pasalnya, saat ini menjadi waktu yang paling sesuai untuk mulai investasi seiring dengan tahap pemulihan ekonomi global. “Saya lihat sejauh ini permintaan kredit dari debitur swasta, terutama untuk investasi enggak lesu. Banyak dari mereka justru melihat saat ini menjadi timing yang pas untuk investasi karena melihat peluang dari pemulihan ekonomi global,” sebutnya.

Walaupun begitu, dia mengakui secara keseluruhan, permintaan kredit sepanjang tahun berjalan ini memang belum sesuai dengan ekspektasi awal tahun ini. Sampai Juni 2017, untuk pertumbuhan kredit investasi pihak ketiga bank berkode emiten BBNI itu membukukan peningkatan sebesar 8,67 persen menjadi Rp 93,86 triliun.