Hubungan RI dan Australia



( 2017-09-14 07:24:21 )

Hubungan antara Indonesia dan Australia ibarat suami istri. Selalu ada perbedaan, namun punya tujuan dan impian yang sama. Pernyataan itu dilontarkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Kristiarto S Legowo saat memberikan sambutan pada acara resepsi diplomatik dalam rangka memperingati HUT ke 72 Kemerdekaan RI di Albert Hall, Canberra, Selasa (12/9/2017) malam. Kristiarto menuturkan bahwa Indonesia dan Australia punya perbedaan mulai dari sejarah, geografis, etnis, sistem politik hingga perkembangan ekonomi.
Resepsi diplomatik merupakan perhelatan diplomatik terbesar yang digelar setiap tahun oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra. Lebih dari 500 undangan, yang berasal dari beragam kalangan, mulai dari pejabat tinggi, anggota parlemen, pebisnis, akademisi hingga berbagai relasi Australia serta para Duta Besar negara sahabat menyesaki Albert Hall, gedung bersejarah di Canberra.
Dalam acara tersebut, terlihat hadir juga Kepala Staf AD Australia Letjen Angus Campbell, Chief Minister Northern Territory (Michael Gunner), anggota Parlemen Chris Bowen, Michael Danby dan Bob Katter, mantan Menteri Perdagangan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu, mantan Menteri Keuangan dan Kepala BKPM Chatib Basri.
Kristiarto mengatakan, dalam sejarah kemitraan, kedua negara sudah banyak saling membantu. Misalnya, saat Perdana Menteri Australia Ben Chiefly mewakili Indonesia di Komisi Tiga Negara Dewan Keamanan PBB untuk menengahi konflik dengan Belanda tahun 1947.
Lalu, bantuan Australia saat Indonesia dilanda bencana Tsunami Aceh tahun 2004. Terkait dengan hal ini, Dubes Kristiarto menekankan perlunya kedua negara untuk terus memupuk kemitraan. Kita tidak boleh terlena dengan apa yang kita capai selama ini.
Pernyataan Dubes RI ini diamini Reyna Balding, seorang pengunjung.
"Pernyataan Dubes Kristiarto menunjukkan kedalaman wawasannya tentang Australia dan bagaimana seharusnya memajukan hubungan kedua negara," ujar wanita yang aktif mempopulerkan Bahasa Indonesia di kalangan anak-anak Australia ini.
Hal ini tercermin dari tim Paduan Suara dan pagar bagus serta pagar ayu yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar Indonesia di Canberra yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka juga mengenakan pakaian khas daerah yang meriah dan atraktif.
Selain untuk memajukan hubungan kedua negara dan dengan korps diplomatik di Canberra, acara Resepsi Diplomatik juga dimaksudkan untuk mempromosikan seni-budaya, kuliner dan pariwisata Indonesia kepada publik Australia serta pencalonan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.