Ada 9 Bank Yang Menunggu Datangnya Majikan Baru



( 2017-09-04 05:15:53 )

Tindakan Bank asal Thailand, Kasikom Bank yang memperoleh 9,99 persen saham PT Bank Maspion Tbk. menambahkan warna baru pencarian bank skala kecil nasional oleh investor asing maupun lokal. Selain Bank Maspion, terdapat sembilan bank kecil lain yang berstatus emiten dan berpotensi untuk dilirik oleh ‘majikan’ baru.

Apakah pasal bank di Indonesia masih dilirik oleh pemodal asing? Industri perbankan nasional masih menjadi primadona karena bujukan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang cukup tinggi di kawasan Asean. Dari data World Bank, sampai 2015 NIM Indonesia menduduki peringkat tertinggi kedua setelah Kamboja, yakni 5,82 persen. Adapun, Kamboja yang berada di posisi pertama rata-rata memiliki NIM sebesar 5,92 persen. Dengan besaran NIM dan prospek pertumbuhan ekonomi yang prospektif, bisnis perbankan Indonesia menarik pemodal asing untuk membeli bank di Tanah Air.

Di luar Bank Maspion, masih terdapat sembilan bank umum kegiatan usaha (BUKU) I dan II dengan status perusahaan publik yang berpotensi untuk diambilalih oleh calon investor strategis. Sembilan bank itu antara lain, PT Bank Artos Indonesia Tbk., PT Bank Mitraniaga Tbk., PT Bank Harda International Tbk., PT Bank Agris Tbk., PT Bank of India Indonesia Tbk., PT Bank Ganesha Tbk., PT Bank Capital Indonesia Tbk., PT Bank Bumi Arta Tbk., dan PT Bank Mestika Dharma Tbk. Dari sembilan bank tersebut, beberapa bank berterus terang membuka diri terhadap kehadiran mitra strategis demi membesarkan bisnis. Salah satunya adalah Bank Artos.

Reinantha Yaputra yang menjadi Direktur Utama Bank Artos mengatakan, sejak perseroan memutuskan untuk melantai di bursa sekitar dua tahun lalu, saat itu bank berkode emiten ARTO ini sudah membuka diri kepada calon mitra strategis. “Dengan membuka diri kepada setiap calon mitra strategis, harapannya bisa secara bersama-sama mengembangkan Bank Artos menjadi lebih besar lagi,” ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (31/08/2017).

Tak hanya ARTO saja, Bank Harda juga mengakui membuka diri untuk masuknya mitra strategis dengan tujuan mengembangkan bisnis perseroan semakin lebih besar.

Direktur Utama Bank Harda Barlian Halim mengatakan, dalam obrolan dengan pemegang saham, mereka membuka pintu untuk masuknya mitra strategis. Pasalnya, dalam pengembangan ke depan perseroan membutuhkan modal yang tidak sedikit. “Walaupun, sejauh ini pemegang saham masih komitmen untuk melakukan suntikan modal demi mengembangkan usaha. Kami pun terus mengandalkan pertumbuhan organik untuk terus bisa ekspansi lebih besar lagi,” ujarnya.

Di sisi lain, Bank of India Indonesia menjadi salah satu bank yang tengah mencari mitra strategis terkait dengan rencana divestasi pemegang saham pengendali, yakni Bank of India.

Ferry Koswara selaku Direktur Bank of India Indonesia sebelumnya mengatakan, dengan adanya arahan untuk divestasi saham Bank of India dari 76 persen menjadi 40 persen, perseroan akan mencari pihak ketiga untuk mengambil saham yang didivestasi tersebut. “Yang pasti harus pihak ketiga, dan itu akan dilakukan secara bertahap, mungkin sekitar empat tahun,” tuturnya.

Pemodal asing yang gencar meminang bank nasional antara lain dari Korea Selatan, Jepang, Eropa, Timur Tengah, dan China. Adapun, kontribusi investor lokal pada perburuan tersebut, baru dua pemodal, yakni MNC Group yang akuisisi PT Bank ICB Bumiputra Tbk. dan Pemprov Banten melalui PT Banten Global Development mengakuisisi PT Bank Pundi Tbk. yang sebelumnya bernama Bank Eksekutif.

Dengan melihat banyaknya bank kecil yang ingin mencari majikan baru, bursa perburuan bank akan menjadi menarik. Terlebih lagi, investor asing masih berambisi masuk ke Indonesia, meskipun pemodal lokal juga tertarik kendati tidak terlalu agresif. Yang menjadi catatan adalah agar masuknya investor baru memiliki visi-misi jangka panjang untuk membesarkan bank yang akan dibeli, tidak hanya semata-mata perkiraan untuk mencari untung dalam jangka pendek.