Suku Bunga BI Ditahan, Ekonom Berharap Inflasi Terkendali



( 2017-06-16 03:07:20 )

Menurut Ekonom dari salah satu Bank yang bernama Josua Pardede menilai, bahwa ditahannya suku bunga BI sesuai ekspektasi, dimana BI 7RR tetap sebesar 4,75% dengan DF tetap di level 4,00% dan LF tetap sebesar 5,50%.

"Stance kebijakan moneter BI saat ini masih konsisten untuk menjaga stabilitas harga dan stabilitas rupiah pada tahun ini," kata Josua saat dihubungi, pada hari Jumat (16.06.2017).

Menurut dia, risiko global akan dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga Fed sebesar 25bps pada rapat FOMC yang berlangsung pada tanggal 13-14 Juni serta perkembangan kebijakan di AS.

Selain itu, risiko dari dalam negeri yang perlu diwaspadai oleh salah satunya adalah ekspektasi kenaikan inflasi pada tahun ini.

"Tingkat suku bunga acuan saat ini diharapkan dapat menjangkar ekspektasi inflasi sedemikian sehingga terkendali dalam sasaran inflasi tahun 2017, yaitu 4±1% serta mendukung stabilitas rupiah," paparnya.

Terkait dengan kenaikan FFR pada rapat FOMC bulan ini sebesar 25bps cenderung sudah diantisipasi oleh pelaku pasar global. Indikasi tersebut ditunjukkan dengan yield Amerika Serikat.

"Treasury pada opening market AS justru menurun jelang rapat FOMC karena tertekan oleh menurunnya data AS, yakni penjualan ritel yang terkontraksi 0,3% MoM pada bulan Mei serta Indeks harga konsumen AS tercatat deflasi 0,1% MoM atau inflasi tahunan tercatat 1,9% YoY dari bulan sebelumnya 2,2% YoY," jelas dia.

Dampak kenaikan Fed bagi pasar keuangan Indonesia cenderung marginal, mengingat aliran modal asing pada pasar keuangan cenderung masih solid pasca S&P rating upgrade, ditunjukkan dengan tren kenaikan cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir yang mendukung stabilnya rupiah terhadap dolar AS.

Selain itu, sambung dia, suku bunga acuan BI yang diperkirakan tetap juga diperkirakan dapat menjaga stabilitas rupiah.

Selain itu, effective policy rate Indonesia (spread antara suku bunga acuan dengan ekspektasi inflasi) masih positif sekitar 50-75 bps sementara, effective policy rate AS masih negatif sedemikian sehingga aset keuangan Indonesia relatif masih atraktif.

"Namun demikian, BI dan pemerintah juga perlu mengantisipasi rencana bank sentral AS untuk mengurangi balance sheetnya yang rencananya akan diimplementasikan pada akhir tahun ini," ungkap dia.

Kenaikan Fed pada rapat FOMC bulan ini nampaknya sudah priced-in, sehingga suku bunga acuan BI saat ini pun masih konsisten dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.