Harga Minyak Menuju Level Terendah dalam Tujuh Bulan



( 2017-06-15 03:45:35 )

Harga minyak dunia kembali menurun tajam mendekati level terendah dalam tujuh bulan. Kondisi ini terpengaruh persediaan global yang tinggi dan keraguan mengenai kemampuan OPEC untuk menerapkan pemotongan produksi.

Berdasarkan rilis laman Reuters, Kamis (15/6/2017), harga minyak mentah Brent turun 7 sen atau 0,2% menjadi USD46,93 per barel pada pukul 00.53 GMT, setelah merosot hampir 4% pada sesi sebelumnya. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 12 sen atau 0,3% menjadi USD44,61 per barel.

Harga minyak mentah berjangka berada di dekat tingkat terendah sejak akhir November tahun lalu ketika penurunan terjadi produksi yang dipimpin oleh Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang diumumkan utnuk pertama kali.

Harga minyak brent dan WTI turun lebih dari 12% sejak dibuka pada 25 Mei, ketika terjadi kesepakatan untuk memperpanjang pemotongan produksi sampai akhir kuartal pertama tahun depan, dan bukannya berakhir bulan ini seperti yang direncanakan semula.

Ekspor OPEC 2017 hanya turun sebesar 0,3 juta barel per hari (bpd) dari baseline Oktober 2016, kata analis AB Bernstein dalam sebuah catatannya.

Janji OPEC akan mengurangi sekitar 1,2 juta bpd, sementara produsen lain termasuk Rusia akan mengurangi total menjadi hampir 1,8 juta bpd. Namun, beberapa anggota OPEC termasuk Nigeria dan Libya telah dibebaskan dari pemotongan produksi, dan produksi mereka yang meningkat merongrong upaya yang dipimpin Arab Saudi.

Sementara itu, produksi di Amerika Serikat yang tidak berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut telah melonjak lebih dari 10% sepanjang tahun lalu menjadi 9,33 juta bph.

Pertumbuhan produksi di Libya dan Nigeria dan penambahan rig di AS semakin menyulitkan gambaran tersebut, meningkatkan keraguan pada strategi OPEC. Untuk persediaan OECD untuk kembali ke tingkat yang dinormalisasi, OPEC perlu menguras 34 juta barel per bulan atau 1 juta barel untuk 10 bulan ke depan. Ini terlihat menantang, kata AB Bernstein.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pekan ini bahwa pasokan minyak tahun depan masih akan melampaui permintaan meskipun konsumsi mencapai 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya.