Bursa Asia Bergerak Menguat, Bertolak Belakang dengan Wall Street



( 2017-06-13 03:45:26 )

Bursa Asia bergerak menguat bertolak belakang dengan bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street yang melemah karena terseret saham teknologi di hari kedua. Sementara itu nilai tukar Dolar Kanada melonjak seiring prediksi kenaikan tingkat suku bunga akan lebih cepat dari perkiraan.

Melansir dari laman Reuters, Selasa (13/6/2017), indeks MSCI terbesar di Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Sementara pergerakan indeks Nikkei Jepang tergelincir 0,3 persen.

Kemudian KOSPI Korea Selatan naik 0,3 persen, terpicu oleh stabilnya saham Samsung Electronics (005930.KS) yang sempat turun 1,6 persen pada Senin kemarin. Kemudian pulihnya saham Naver Corp dan LG Innotek merupakan penyebab meruginya pasar saham Asia kemarin.

Wall Street diberitakan tertekan pada penutupan perdagangan. Saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple menjadi pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 36,3 poin atau 0,17 persen menjadi 21.235,67. S&P 500 kehilangan 2,38 poin atau 0,10 persen menjadi 2.429,39. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 32,45 poin atau 0,52 persen menjadi 6.175,47.

Wall Street tertekan oleh pelemahan saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple. Pelemahan saham perusahaan yang dibangun oleh Steve Jobs ini mencapai 2,4 persen pada perdagangan di awal pekan ini melanjutkan penurunan dalam yang telah dicetak pada pekan lalu.

Salah satu penyebab melemahnya saham Apple setelah Mizuho Securities memangkas rekomendasi saham tersebut menjadi 'netral' dari sebelumnya adalah 'beli'. Menurut Mizuho Securities, harga saham Apple tidak tidak sesuai dengan kinerja fundamental perusahaan.

"Kita tidak hanya duduk diam melihat penurunan yang berkepanjangan pada saham teknologi AS. Meski ada kemungkinan besar sektor ini sekarang berperforma buruk dan saya telah menyarankan meningkatkan eksposur terhadap keuangan AS dalam perdagangan," ujar Chris Weston, Kepala Ahli Strategi pasar di IG di Melbourne, dalam sebuah catatannya.

Terkait mata uang, Dolar Kanada mempertahankan penguatannya di hari kedua ini, setelah pejabat Bank of Canada mengatakan bahwa jika bank sentral akan menilai apakah perlu mempertahankan tingkat suku bunga di rekor terendah saat pertumbuhan ekonomi terjadi.

Hal ini menandakan terjadinya perubahan nada dari Bank Sentral Kanada, yang mengungkapkan bahwa di awal tahun ini pemotongan suku bunga tetap tak akan terjadi.

Kemudian adapun Dolar AS yang gagal menaikkan kekuatannya terhadap Yen Jepang, menjelang kenaikan suku bunga yang diperkirakan dilakukan Federal Reserve pada minggu ini. Dolar mendatar di posisi 109,95 Yen, setelah jatuh 0,4 persen pada hari Senin.