China Alami Defisit Perdagangan Pertama Sejak Tahun 2014



( 2017-03-09 02:36:46 )

China melaporkan telah mengalami defisit perdagangan bulanan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir ini, setelah impor alami peningkatan dan perlambatan pertumbuhan sepanjang liburan tahun baru Imlek. Harga beberapa komoditas yang jauh lebih tinggi seperti bijih besi, minyak hingga batu bara dan permintaan domestik mendorong impor di bulan Februari meningkat 3,81% dibandingkan tahun sebelumnya.

Seperti dilansir BBC, pada hari Rabu (08.03.2017) namun ekspor tiba-tiba mengalami kejatuhan mencapai 1,3%, jika dibandingkan dari tahun lalu untuk membuat defisit perdagangan USD9,2 miliar secara bulanan. Ketidakberimbangan angka pertumbuhan perdagangan itu membuat China mengalami defisit untuk bulan Februari, dimana terakhir kali impor melebihi ekspor terjadi pada bulan Februari 2014, lalu.

Sementara analis yang disurvei oleh Reuters telah meramalkan China akan mengalami surplus perdagangan bulanan sebesar USD25,8 miliar. Data ekonomi China dari bulan Januari dan Februari terlihat terdistorsi oleh liburan panjang tahun baru China. Ditambah beberapa sektor bisnis mengalami perlambatan menjelang periode tersebut sehingga memberi tekanan.

Selain itu, banyak perusahaan juga mengurangi kapasitas operasinya atau tutup pada periode yang sama. Liburan tahun baru China dimulai akhir bulan Januari pada tahun ini dan bulan Februari pada tahun lalu. Meski begitu para analis sepakat bahwa penurunan ini sifatnya hanya sementara, ketika surplus tidak terelakkan lagi setelah dampak liburan panjang berakhir.

"Data perdagangan terbaru hanya menunjukkan distorsi musiman, baik ekspor dan impor bakal kembali menguat di awal tahun 2017. Namun kami ragu bahwa kecepatan saat ini, pertumbuhan impor akan bertahan. Ini adalah hanya soal waktu sebelum kita melihat penurunan permintaan domestik," ujar ekonom Capital Economics Julian Evans-Pritchard.