Lebarkan Sayap Usaha Anorganik, BJB Akan Akuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi



( 2017-03-03 03:53:46 )

Bank BJB atau PT. Bank Jawa Barat dan Banten Tbk melirik lembaga keuangan lain untuk memenuhi targetnya dalam rangka memperkuat perkembangan anorganik. Yang menjadi sasarannya seperti lembaga perbankan, asuransi, sekuritas, maupun lembaga pembiayaan.

Oleh karenanya pihak BJB masih menyiapkan sistem pengambillalihan, baik melalui sistem akuisisi, merger, atau lainnya. Salah satu yang benar-benar didekati untuk diambil alih ialah Bank Kesejahteraan Ekonomi. “Untuk BKE memang masih penjajakan. Kapan timingnya? Kita masih melihat perkembangannya. Tergantung kondisinya,” tegas Direktur Utama BJB, Ahmad Irfan di Jakarta, pada Kamis (02/03/2017) kemarin.

Menurutnya, rencana dari pihak BJB memang tidak mengarah hanya pada satu bank saja, melainkan juga meliputi lembaga asuransi, multi finance, dan sekuritas. “Namun, kami masih hati-hati. Makanya semuanya masih dalam pengkajian. Karena jangan sampai kita melakukan akusisi (satu lembaga keuangan), tapi kemudian menjadi beban. Sebab ini kan jadi konglomerasi,” papar Irfan.

Karena saat ini masih dalam tahap pendalaman, kata dia, pihaknya masih menyiapkan alternatif strategi dalam pengembangan bisnis anorganik itu. Termasuk kemungkinan mengakuisisi bank umum untuk kemudian dimerger ke anak usahanya, BJB Syariah. “Itu masih mungkin. Tapi untuk BJBS ini, dalam jangka pendek kami akan benerin dulu anak usaha kita. Kemungkinan itu selalu ada,” ucap dia.

Walau masih sedang dalam proses pengkajian, pihaknya masih enggan menyebutkan seberapa banyak dana-dana yang disiapkan dalam pengembangan bisnis anorganik itu.

Kinerja BJB sendiri, sepanjang 2016 telah membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 14,4 persen. “Salah satu yang menjadi penyumbang laba bersih BJB ini berasal dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh 23,4 persen (yoy). Dan rasio kredit bermasalah juga turun dari 2,91 persen menjadi 1,69 persen,” tuturnya. Sementara dari sisi permodalan, kata dia, rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 18,4 persen. “Ini memberikan ruang yang cukup untuk melakukan ekspansi bisnis di masa yang akan datang,” katanya mengakhiri.