Pandangan Kesenjangan Ekonomi Ala Faisal Basri



( 2017-02-23 05:36:00 )

Indeks Gini atau kesenjangan ekonomi penduduk Indonesia mengindikasikan ke arah perbaikan walaupun tidak terlalu mencolok, namun mengalami penurunan di tahun 2016 sehingga telah berada di bawah 0,4 dan masuk dalam kategori ketimpangan rendah.

Berdasarkan distribusi pengeluaran, sebagai proksi (pendekatan) dari distribusi pendapatan, penguasaan 20 persen penduduk terkaya medio 1963-2009, menurutnya tidak mengalami perubahan mencolok, hanya berubah di kisaran 40,20 persen sampai 44,77 persen. “Sejak 2010 mengalami peningkatan relatif tajam hingga mencapai tingkat tertinggi sebesar 49,04 persen pada tahun 2013. Setelah itu sampai 2016 menurun ke arah 47 persen,” tercatat dari peneliti senior INDEF ini, pada Selasa (22/02/2017).

Penurunan pangsa 20 persen terkaya bersamaan dengan peningkatan pangsa kelompok 40 persen menengah. Sementara itu, 40 persen kelompok termiskin praktis tidak mengalami perubahan berarti sejak 2014, bahkan cenderung sedikit menurun. “Pangsa atau perolehan tertinggi kelompok 40 persen termiskin terjadi tahun 1999 yaitu sebesar 22 persen. Krisis parah tahun 1998 sudah barang tentu sangat memukul kelompok terkaya, sehingga pangsa kelompok termiskin otomatis naik walaupun kesejahteraan mereka juga turun,” jelasnya.

Masalah paling berat mengurangi kesenjangan ekonomi menurutnya adalah bagaimana mengangkat kelompok pendapatan 40 persen termiskin. Titik berat kebijakan harus menyasar kelompok termiskin ini, karena nasib mereka paling rentan, kebanyakan mengandalkan hidup dari sektor pertanian di pedesaan.

Harga gabah yang belakangan turun hingga Rp 2.000 per kilogram merupakan contoh terbaru. Harga produk-produk yang dihasilkan petani naik lebih lambat jkad ibandingkan harga barang dan jasa yang dibeli petani sehingga indeks nilai tukar petani cenderung turun dua tahun terakhir, demikian pula upah riil buruh tani. “Upah riil pekerja secara keseluruhan juga turun, yang menunjukkan kaum miskin di perkotaan juga kian sulit meningkatkan kesejahteraan,” katanya.

Indikator terkini yang memperkuat konstatasi atau gejala keadaan bahwa kelompok berpendapatan rendah maka akan semakin tertekan, yakni kemerosotan cukup tajam pada penjualan sepeda motor dua tahun terakhir. Kelompok miskin makin sulit membeli sepeda motor baru, meski mereka tetap membutuhkannya. Ujungnya, mereka pindah membeli sepeda motor bekas. Informasi dari kalangan pelaku usaha memang memperlihatkan peningkatan penjualan sepeda motor bekas.

“Sebaliknya, nasib kalangan menengah ke atas tampaknya mulai menunjukkan perbaikan, antara lain terlihat dari penjualan mobil pada tahun 2016 kembali meningkat 4,8 persen. Dua tahun berturut-turut sebelumnya penjualan mobil mengalami penurunan,” demikian Faisal.