Rupiah Tertekan Kebijakan Trump Terkait Pajak



( 2017-02-17 09:06:08 )

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat pekan ini. Dolar AS memang sempat menguat pada perdagangan hari ini setelah pada hari sebelumnya mengalami tekanan.

Mengutip dari Bloomberg, Jumat (17/2/2017), rupiah dibuka di angka 13.330 per dolar AS, melemah jika dibandingkan pada penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 13.322 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak dalam kisaran sempit yaitu di angka 13.326 per dolar AS hingga 13.336 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih tetap menguat sebesar 1,07 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.328 per dolar AS, hanya menguat sebesar satu basis poin jika dibandingkan dengan patokan pada hari sebelumnya yang berada di angka 13.329 per dolar AS.

Pada awal perdagangan hari ini, Dolar AS memang mengalami penguatan tipis di pasar Asia setelah mencetak penurunan yang cukup besar pada Kamis kemarin karena ketidakpastian tentang waktu kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Dollar Index yang merupakan indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia meningkat sebesar 0,1 persen menjadi 100,57. Penguatan tersebut terjadi karena sentimen kebijakan Presiden AS Donald Trump kembali menguat.

Trump melalui beberapa bawahannya mengaku tengah memproses rencana penurunan pajak untuk beberapa sektor. Langkah tersebut untuk dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

Akan tetapi memang, penguatan dolar AS tidak terjadi terlalu besar. "Kondisi pasar menunggu untuk mengambil sikap pada awal perdagangan pagi ini," tutur Kepala Analis Pasar CMC Markets Ric Spooner dalam scatatannya.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta memaparkan, rupiah melemah pada perdagangan Kamis, hal ini mengindikasikan ruang penguatan yang terbatas. Tetapi surplus neraca dagang yang melebar yang bersamaan juga dengan anjloknya dollar index, dapat memberikan alasan bagi rupiah untuk lebih kuat.

BI yang mempertahankan suku bunga acuan menandakan kehati-hatian yang meningkat. "Saat ini fokus tertuju pada angka inflasi Februari yang diperkirakan naik serta persiapan pilkada DKI Jakarta putaran kedua," terang dia.