Harga Komoditas Naik, Pemerintah Jangan Sampai Terlena



( 2017-02-17 08:57:33 )

Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan realisasi kinerja ekspor Indonesia pada bulan Januari 2017 naik secara signifikan sebesar 27,71 persen menjadi US$ 13,38 miliar dibanding pada periode yang sama tahun 2016 senilai US$ 10,48 miliar. Faktor pemicunya yaitu karena membaiknya harga komoditas.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mewanti-wanti pemerintah agar tidak terlena dengan peningkatan harga komoditas yang mulai merangkak naik, seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batubara.

"Pemerintah disarankan untuk tidak terlena dengan kenaikan harga komoditas primer, seperti CPO dan batubara," tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (17/2/2017).

Josua menginginkan pemerintah tetap terus mendorong kebijakan hilirisasi industri sehingga meningkatkan nilai tambah bagi komoditas ekspor. Imbauan tersebut mempertimbangkan tantangan perdagangan internasional di tahun ini, terutama yang datang dari China dan Amerika Serikat (AS).

"Volume ekspor dari China berpotensi akan menurun karena rebalancing ekonomi mereka, serta peluang pembatasan barang ekspor karena kebijakan perdagangan internasional AS di bawah pemerintahan Donald J. Trump," tuturnya.

Dia pun menginginkan agar pemerintah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor Indonesia sehingga dapat menjaga volume ekspor nasional di tahun 2017 dan tahun-tahun yang akan datang.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, peluang untuk menambah volume ekspor caranya yaitu dengan mencari pasar ekspor baru. Pemerintah mempunyai kebijakan tersebut.

"Akan tetapi kan mencari market baru tidak mudah, pelan-pelan. India contohnya, punya pasar sangat besar, selain itu ada Pakistan, Iran, Nigeria, Afrika Selatan, dan beberapa negara di Afrika yang penduduknya sampai 50 juta jiwa," terang dia.

Pemerintah, menurutnya, sudah melakukan upaya untuk menyasar pasar tujuan ekspor dalam kurun waktu enam bulan ini. Sebut saja salah satunya India yang mempunyai ceruk pasar besar dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus.

"India pertumbuhan ekonominya memang bagus, bahkan merupakan yang terbaik di dunia saat ini. Sehingga impornya naik lebih cepat, walaupun itu sesuai dengan maunya kita, tapi kita tidak berani mengklaim bahwa itu karena perubahan kebijakan mengingat kita baru mengusahakannya enam bulan terakhir," ujar Darmin.