Dunia Tengah Membicarakan Trump Effect



( 2017-01-26 09:15:59 )

Saat ini banyak pihak yang tengah menunggu kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Sebab kebijakan AS dinilai akan sangat mempengaruhi perekonomian di seluruh dunia.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengungkapkan, dengan terpilihnya Trump menjadi Presiden AS membuat perekonomian dunia menjadi tidak pasti. Karena, Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

"Banyaknya penyebab ketidakpastian salah satunya adalah Donald Trump effect, Brexit. Di Davos (World Economic Forum) semuanya sedang membicarakan Trump Effect," ujar dia dalam acara CIMB Niaga Economic Forum 2017, di Jakarta, Kamis (26/1/2017).

Kebijakan Donald Trump sendiri adalah mengutamakan kepentingan AS (American First). Kebijakan Trump juga mengarah kepada proteksionisme. Rosan menuturkan, hal ini diperkirakan berdampak pada peningkatan suku bunga di AS. "Model kebijakan yang dilakukan oleh Trump diperkirakan menaikkan suku bunga 3-5 kali. Dan hal tersebut bisa menyebabkan penguatan dolar AS," tutur dia.

Kebijakan Trump ibarat dua sisi yaitu untung atau rugi. Menurutnya, hal tersebut bisa menguntungkan jika digunakan untuk mendorong ekspor karena penguatan dolar AS membuat harga barang di Indonesia relatif menjadi lebih murah. "Dampak ini harus kita analisa apa opportunity barang kita murah sehingga mengekpor ke negara lainnya," tutur dia.

Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tigor M Siahaan menuturkan, perekonomian global masih menunjukan kondisi yang volatil. Terlebih sejak AS dipimpin oleh Donald Trump dengan berbagai rencana kebijakan kontroversial. "Seperti pembangunan tembok Meksiko, penarikan duta besar, TPP dan sebagainya. Kita masih menanti langkah selanjutnya," tutur dia.

Meski demikian, di tengah perekonomian yang tidak pasti ini Indonesia masih punya peluang untuk tumbuh. Beberapa kebijakan sudah dilakukan pemerintah untuk mendorong perekonomian seperti paket kebijakan ekonomi, tax amnesty. Lalu, ditopang pula pembangunan infrastruktur dan harga komoditas yang membaik.

"Saya menilai, ada beberapa optimisme growth cukup baik di atas 5 persen," tutup dia.