RI Dapat Memanfaatkan Peluang dari Kebijakan Ekonomi Trump



( 2017-01-24 09:21:17 )

Proteksi perdagangan dan pembangunan progresif yang nanti akan diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi peluang tersendiri bagi Indonesia. Terlebih, Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan komoditas.

Salah satu program pembangunan Donald Trump adalah dia akan jor-joran membangun infrastruktur. Investment Director Indonesia PT Aberdeen Asset Management Bharat Joshi menuturkan, untuk merealisasikan hal tersebut, Donald Trump tentu memerlukan pasokan komoditas salah satunya besi. Dengan begitu, permintaan komoditas akan dapat meningkat dan kemudian mendorong harga.

"Seperti diketahui Trump akan membawa peningkatan karena infrastruktur dilakukan harus ada biji besi," ujar dia di Menara DEA Kuningan Jakarta, Selasa (24/1/2017).

Dia berharap, meningkatnya harga komoditas akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan tersebut tidak hanya terjadi di Jawa akan tetapi juga di luar Jawa.

"Komoditas yang meningkat, dapat mendorong level pendapatan bukan Jakarta atau Jawa akan tetapi Sumatera, Kalimantan," terang dia.

Lebih lanjut ia mengatakan, hal ini juga akan mendorong daya beli masyarakat serta investasi. Terlebih, banyak perusahaan yang menahan investasi sejak harga komoditas mengalami penurunan.

"Mereka akan beli mobil, motor, serta mendorong perusahaan Indonesia untuk memulai investasi," tutur dia.

Di samping itu, langkah pemerintah untuk mendorong infrastruktur juga akan mendorong perekonomian. Pemerintah sendiri sudah mengalokasikan anggaran dari subsidi ke pembangunan infrastruktur.

"Masa Jokowi dilantik Presiden sangat beruntung, karena harga minyak mentah turun di tahun 2014 dan keluarkan subsidi, dan kepada infrastruktur. Dari peningkatan yang stabil dari segi GDP," papar dia.

Tidak hanya itu, sektor perbankan juga cenderung sehat karena tidak langsung berkenaan dengan harga komoditas. Sehingga, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di bawah angka 5 persen.

Namun, dia tidak memberikan angka terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sebelum Trump dilantik, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 5,1-5,2 persen.

"Sekarang saya melihat, yang saya ketahui banyak investor asing dan di domestik Indonesia tidak mengetahui Trump policy yang akan dilakukan. Kita mesti sabar, kita harus lihat, mengambang sekarang," pungkas dia.