Setelah dirilisnya data ekonomi AS, dollar AS mengalami pergerakan yang sangat kuat namun kembali tergelincir di penghujung perdagangan sesi Amerika dalam merespon tekanan jual yang cukup dominan pada perdagangan bursa Wallstreet. Bursa saham AS melemah karena sikap pasar yang tahan dananya menanti acara pelantikan Presiden terpilih Donald Trump.

Sebelumnya sebagian besar data ekonomi yang dirilis semalam diperkirakan menunjukkan data yang lebih buruk, namun setelah data yang merupakan salah satu indikator kenaikan suku bunga tersebut dirilis justru memperlihatkan data yang lebih baik seperti data klaim pengangguran dan juga data Philly Fed manufacturing. Kekuatan data ekonomi tersebut juga membantu terangkatnya kembali yield obligasi Amerika Serikat tidak mampu menahan sikap keraguan pasar kemampuan Presiden AS terpilih Trump setelah dilantik pada hari terakhir pekan ini.

Terhadap rival-rivalnya, momentum bearish dollar AS membuat sentimen penggerak mata uang yang menjadi pesaing semakin kuat dan kekuatan rebound mendongkrak mereka seperti euro, poundsterling dan yen. Untuk aussie mendapat tenaga kuat dari pergerakan harga minyak mentah yang naik setelah sebelumnya terpukul.

Indeks dolar yang menjadi pengukur kekuatan dollar AS terhadap enam mata uang utama pada akhir perdagangan anjlok ke posisi 101,11 setelah dibuka pada posisi 101.32. Padahal dollar AS sempat mencapai posisi tertingginya di 101.73 yang merupakan posisi tertinggi dalam seminggu setelah kemudian anjlok lagi ke posisi terendah di 100.97.