Suku Bunga Tetap, Bauran Kebijakan BI Dinantikan



( 2017-01-20 04:53:53 )

Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7 day (reverse) repo rate sebesar 4,75 persen. Apa sebenarnya dampak dari tetapnya suku bunga acuan BI ini?

Menurut dari salah satu ekonom yang bernama Fakhrul Fulvian mengatakan, bahwa sebenarnya saat ini merupakan fase untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. {asalnya, tekanan nilai tukar dan defisit transaksi berjalan tidak lagi terlalu mengkhawatirkan.

"Sepertinya bank sentral masih mempertahankan suku bunga di level saat ini untuk melihat perkembangan inflasi setelah kenaikan tarif listrik," kata Fakhru, pada hari Jumat (20.01.2017).

Sebagaimana diketahui pemerintah mengerek tarif tegangan listrik untuk 18,8 juta pelanggan dengan daya 990 volt ampere (va) pada awal tahun ini.

Sebagai dampaknya, diperkirakan inflasi pada bulan Januari sebesar 0,15 persen, dan pada akhir tahun mencapai 3,8 persen (lebih tinggi dari 2016 yang sebesar 3,02 persen).

Meski suku bunga dipertahankan, Fakhrul melihat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI sebenarnya sudah memberikan sinyal akan menggunakan bauran kebijakan makro-prudensial, yang diumumkan saat perhelatan tahunan bankers dinner akhir tahun lalu.

BI berencana akan memberlakukan pembayaran GWM secara rata-rata atau secara teknikal disebut averaging GWM, guna memberikan fleksibilitas kepada bank dalam mengatur likuiditasnya mulai pertengahan 2017.

"Bahana memperkirakan BI akan memberikan penjelasan detil tentang kebijakan ini sebelum diberlakukan," lanjut Fakhrul.

Sebagaimana diketahui, tahun lalu saja kredit perbankan hanya tumbuh 10 persen. Tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mematok target pertumbuhan 13 persen.

Menurut dia, bila BI ingin pertumbuhan kredit double digit, perlu ada pelonggaran peraturan GWM dalam bentuk yang sesuai bagi perbankan.

"Supaya bank memiliki keleluasaan untuk memberikan kredit di tengah risiko kredit yang belum pulih karena masih seretnya perekonomian," imbuh Fakhrul.

Menurut dia, lebih aktifnya bank dalam penyaluran kredit akan mendorong pencapaian targer pertumbuhan ekonomi 5 persen-5,4 persen.

Estimasi ini sesuai dengan perkiraan Bahana, yakni pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.

Besaran estimasi pertumbuhan tersebut seiring dengan perbaikan harga komoditas yang akan memberikan dampak positif ke kinerja ekspor.