Harga Minyak Kembali Berada Diposisi Terendah dalam Kurun Waktu 6 Tahun



( 2015-12-08 05:09:03 )

Harga minyak mentah berjangka menurun enam persen pada awal minggu ini, dan berada pada level terendah dalam tujuh tahun terakhir setelah OPEC gagal dalam menangani besarnya pasokan minyak. Sementara itu, menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) juga berimbas pada harga komoditas.

Pada Februari 2009 kedua jenis harga minyak mentah dunia menyentuh level terendah. Hal tersebut menimbang pada reaksi lambat para produsen negara penghasil minyak atau OPEC untuk menangani pasokan minyak yang berlimpah ketika pertemuan Jumat minggu lalu. Tak ada kesepakatan untuk menurunkan produksi minyak dalam pertemuan itu.

"hal terpenting dari pertemuan itu apakah ada setiap kemerosotan produksi yang beemakna AS, dan kenyataannya tidak akan datang. Harga minyak masih terus alami tekanan terutama West Texas Intermediade, maka dari itu penting untuk dilakukannya pemangkasan produksi," ujar Doug King, selaku Direktur Merchant Commodity Fund.

Harga minyak West Texas Intermediate melemah US$ 2,32 menjadi US$ 37,65 per barel. Angka tersebut merupakan level paling rendah sejak Februari 2009. Sedangkan harga minyak Brent turun US$ 2,27 ke level US$ 40,73 setelah mengenai level terendah US$ 40,60 pada Februari 2009.

Sedangkan dari sumber laporan badan informasi energi AS, produksi minyak AS jatuh dalam kurun sembilan bulan. Total penurunan sekitar 116 ribu barel per hari. Produksi minyak OPEC bisa mencapai lebih dari 30 juta barel per hari, hal ini semakin memacu produksi sekitar 500 ribu-2 juta barel per hari melebihi permintaan.

Menguatnya Dolar AS pun juga memberi dampak buruk bagi harga minyak. Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama hal ini didukung dari data tenaga kerja AS yang menguat pada November 2015 dengan bertambah menjadi 211 ribu. Keluarnya data ekonomi tersebut semakin membenarkan terkait rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Desember 2015 nanti.