BNI Keluarkan Kredit sebesar Rp 6 Triliun untuk Sawit Sumbermas



( 2017-01-16 06:57:30 )

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengeluarkan kredit sebesar Rp 6 triliun kepada PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk atau SSMS. Perjanjian kerja sama kredit ini menjadi salah satu penopang rencana Manajemen PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk untuk dapat memajukan usaha perkebunannya pada tahun 2017.

Direktur Keuangan dan Risiko Kredit BNI Rico Rizal Budidarmo menuturkan, kerja sama ini terjalin berlandaskan prinsip untuk saling menguntungkan.

Adapun untuk kerjasamanya diantaranya yaitu penyimpanan dan pengelolaan dana dalam bentuk produk-produk perbankan yang disiapkan BNI, penggunaan fasilitas Integrated Cash Management antara lain BNI Direct hingga BNI e-tax, serta layanan corporate card dan individual card.

Dia mengatakan, perkebunan kelapa sawit merupakan subsektor pertanian yang sangat prospektif. Apalagi Indonesia dan Malaysia ikut andil sebesar 86 persen dari pasokan seluruh minyak sawit dunia.

Permintaan terhadap minyak sawit juga berpotensi terus meningkat sebab minyak sawit mentah (CPO) digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Mandatory konversi minyak fosil ke minyak nabati di Amerika Serikat, Afrika dan Indonesia akan meningkatkan permintaan CPO.

"Kelapa sawit juga dinilai paling efisien dan produktif dibanding minyak nabati lainnya," ujar dia.

Terkait hal itu, Direktur Utama Vallauthan Subraminam menuturkan, perseroan ingin terus menambah luas lahan perkebunan sawit dari seluruh areal lahan yang saat ini mencapai hampir 100 ribu hektar (ha).

"Kami tetap terus mencari peluang untuk bisa meningkatkan dan mengembangkan area cadangan lahan dan area tertanam," ujar Vallauthan.

Dia mengatakan, sebagian besar tanaman kelapa sawit yang dimiliki perseroan akan memasuki tahun puncak produksi. "Kami selalu yakin bahwa profil tanaman yang kami punya akan mendukung peningkatan produksi TBS untuk beberapa tahun ke depan," ujar dia.

Dia juga menegaskan, perseroan juga berharap sudah dapat memulai membangun 2 lagi pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan Tengah di 2017.‎ Selain itu, perseroan juga akan terus melanjutkan rencana-rencana penanaman baru di atas lahan yang telah dimiliki.

Bahkan, pada tahun ini SSMS sudah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 350 miliar yang akan digunakan untuk mewujudkan rencana penanaman baru tersebut. Disamping untuk mendanai penanaman baru, capex sebesar itu juga akan dimanfaatkan untuk membiayai kebutuhan dana pengembangan infrastruktur pabrik kelapa sawit (PKS).

‎Vallauthan menerangkan, pihaknya telah memantapkan rencana pengembangan lahan kebun seluas 13 ribu ha hingga 15 ribu ha dalam tiga tahun ke depan. "Biayanya sekitar US$ 6.000 per hektar. Merupakan cost of maturity," sambung dia.

Perseroan juga sudah memasang target peningkatan produktivitas yang signifikan namun tetap realistis dalam jangka 3 tahun ke depan. Pada tahun 2017 misalnya, perseroan telah mematok target peningkatan produktivitas hingga mencapai rata-rata 22 ton per hektar, naik 2 ton per hektar dibanding 2016 lalu.

"Yang jelas, penambahan lahan akan terus dilakukan, namun tetap dengan target peningkatan produktivitas. Karena, usia tanam kita beda-beda. Mulai dari tanaman sawit 2006 sampai 2016 masih ditanam. Tapi ada dua kebun kita saat ini yang sudah mencapai 28 ton hingga 30 ton per hektar," ujar dia.

‎Dengan harga crude palm oil (CPO) yang terus membaik di tengah iklim yang juga mulai bersahabat dengan bisnis sawit, dirinya yakin kinerja perseroan juga akan ikut membaik.

"Fundamental bisnis kami sudah sangat kokoh. Oleh sebab itu, kami sangat optimis, ke depan nanti SSMS akan berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan sawit yang akan sangat diperhitungkan," ujar dia.

Vallauthan menerangkan, harga CPO untuk tahun ini hampir dipastikan akan tetap pada kisaran yang positif. Kebutuhan CPO dari negara-negara di kawasan Asia, khususnya Cina dan India, diperkirakan meningkat, bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan dari industri-industri oleokimia dan biodiesel.

Saat ini, Perseroan sudah mengoperasikan 6 unit pabrik kelapa sawit, masing-masing di daerah Sulung, Natai Raya, Suayap, Selangkun, Malata dan Nanga Kiu yang secara rata-rata mempunyai kapasitas produksi minyak sawit mentah sebesar 1.800 metrik ton per hari, dengan utilisasi tak kurang dari 60 persen.

Luas lahan sawit Perseroan di Kalimantan Tengah sampai September 2016 kemarin mencapai 95.770 hektar dengan lahan tertanam per September 2016 lalu mencapai 68.479 hektar.