Neraca Perdagangan RI Diprediksi Surplus US$ 8,87 Miliar di 2016



( 2017-01-16 03:53:38 )

Menurut salah satu ekonom yang bernama Josua Pardede memproyeksikan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 8,87 miliar pada 2016. Prediksi tersebut lebih tinggi dibanding realisasi tahun sebelumnya yang mendulang surplus US$ 7,52 miliar.

"Neraca perdagangan di 2016 diperkirakan surplus US$ 8,87 miliar," kata Josua saat dihubungi, Jakarta, pada hari Senin (16.01.2017).

Prediksi surplus sepanjang tahun 2016 tersebut akan ditopang dari kinerja positif neraca perdagangan di bulan Desember 2016.

Josua meramalkan neraca dagang di bulan kedua belas akan mencetak surplus US$ 1,08 miliar karena kinerja ekspor lebih besar dibanding impor. Peluang surplus tersebut lebih besar daripada pencapaian November yang mencetak surplus US$ 840 juta.

"Neraca perdagangan di bulan Desember diperkirakan surplus US$ 1,08 miliar. Ekspor diprediksi tumbuh 12,56 persen (Yoy) dan impor tumbuh 2,10 persen (Yoy)," dia menerangkan.

Josua lebih lanjut menjelaskan, bahwa surplus perdagangan ini didukung kinerja ekspor yang mengalami pemulihan. Sambungnya, terjadi perbaikan aktivitas manufaktur pada mitra dagang utama Indonesia, seperti di China, Amerika Serikat (AS), Jepang, serta Eropa.

"Harga komoditas global pun cenderung meningkat di bulan Desember, meliputi harga minyak dunia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), dan karet alam. Sedangkan harga batu bara cenderung melemah di akhir tahun lalu," kata dia.

Dari sisi impor, tambahnya, impor barang modal dan bahan baku cenderung menurun pada akhir tahun lalu. Kondisi ini ditandai dengan pelemahan aktivitas manufaktur di dalam negeri pada Desember lalu.

"Meski pertumbuhan impor barang baku dan barang modal di tahun 2016 masih terkontraksi, tapi relatif membaik dibanding tahun 2015," papar Josua.

Dia menilai, bahwa tren perbaikan impor bahan baku dan barang modal akan berlanjut di tahun ini secara gradual dengan mempertimbangkan pemulihan dari sisi permintaan yang akan direspon oleh peningkatan kapasitas produksi dan belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan maupun suplier.

"Tapi pemerintah perlu membangkitkan industri manufaktur atau hilirisasi industri guna menekan impor barang konsumsi," sarannya.

Proyeksi neraca dagang tersebut dibarengi dengan perkiraan Josua atas defisit neraca transaksi berjalan pada 2016 sekitar 1,9 persen-2 persen dari PDB atau lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya yang defisit 2,04 persen terhadap PDB.

"Jadi surplus perdagangan ini merefleksikan penurunan defisit transaksi berjalan yang menunjukkan kondisi external balance yang sehat," kata dia.

Terpisah, Ekonom Senior Kenta Institute, Eric Alexander Sugandi memperkirakan surplus neraca dagang di 2016 sekitar US$ 8,4 miliar. "Di 2016, surplus neraca perdagangan diperkirakan US$ 8,4 miliar," ujarnya.

Sementara khusus di bulan Desember tahun lalu, proyeksi Eric mencetak surplus US$ 700 juta. Berasal dari nilai ekspor sekitar US$ 13,9 miliar atau tumbuh 16,3 persen secara Yoy dan impor senilai US$ 13,2 miliar atau tumbuh 9,1 persen Yoy.

"Faktor pendorong surplus karena kenaikan harga komoditas energi," tutup Eric.