Rizieq Mengatakan Jika Aksi Bela Islam Bukanlah Gerakan Anti Pancasila



( 2017-01-12 09:28:41 )

Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab menegaskan jika Aksi Bela Islam I, II dan III bukan sebagai gerakan yang membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila. Pasalnya GNPF-MUI sebagai penggagas aksi tersebut menyatakan jika masalah NKRI, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sudah final dan tidak perlu diperdebatkan.

“Jadi tidak benar kalau ada tuduhan itu,” cetus Habib Rizieq di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu, 11 Januari 2017.

Rizieq pun menyesalkan pidato dari seorang ketua umum partai politik yang menyinggung tentang “ideologi tertutup” kemarin. Rizieq berpendapat jika pernyataan itu terkesan membenturkan Agama Islam dengan Pancasila. “Ini sangat kami sesalkan. Padahal pancasila dan agama Islam tidak perlu ada yang diperdebatkan dan diperselishkan,” sesal dia.

Rizieq melanjutkan pidato tersebut juga telah menyinggung masalah Keimanan Umat Islam pada hari akhir. “Iman kepada akherat ini dianggap sebagai ramalan masa depan,” cetus dia.

Rizieq menilai jika hal itu diucapkan oleh umat nonmuslim, maka GNPF-MUI tidak akan menanggapinya. “Tapi diucapkan oleh orang yang dikenal sebagai muslim, ini jadi persoalan serius,” ucap dia.

Pernyataan itu, tambah Rizieq, justru dapat menimbulkan konflik horizontal antar umat beragama dan membahayakan NKRI. Pasalnya kata dia sepanjang sejarah Indonesia tidak ada satu tokoh Indonesia yang menjadikan Pancasila untuk mengugurkan Rukun Iman. Namun demikian Rizieq enggan menyebutkan siapa ketua umum partai yang dimaksud. Tapi, dari penjelasannya, hal ini merujuk pada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Karena dalam peringatan ulang tahun PDIP ke-44, Mega dalam pidato menyebut Pancasila dapat mendeteksi dan menjadi tameng terhadap serangan “ideologi tertutup”. Ideologi tertutup yang dimaksud Mega, yakni suatu ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi ini bersifat dogmatis dan tidak berasal dari cita-cita luhur yang hidup di masyarakat Indonesia. “Ideologi tertutup tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat,” ucap Mega, di Jakarta, Selasa 10 Januari 2017.

Mega melanjutkan kaum dengan ideologi tertutup ini anti kebhinekaaan. Sebabnya, muncul persoalan SARA belakangan ini. Selain itu, Mega menganggap para pemimpin ideologi tertutup ini memposisikan dirinya sebagai para peramal masa depan. Mereka, ucap Mega, fasih meramalkan yang terjadi di masa depan hingga masa pasca kehidupan. “Padahal notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya,” jelas Mega.