Membaiknya Harga Komoditas, Dongkrak Pertumbuhan Kredit di 2017



( 2016-12-13 07:54:10 )

Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan kredit pada tahun 2017 akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada tahun ini. Membaiknya harga komoditas juga menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit di tahun depan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menerangkan, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan kredit industri perbankan nasional sedang mengalami tekanan. Pelemahan pertumbuhan kredit tersebut terjadi karena beberapa hal.

Penyebab utama yaitu pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. Pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut menyebabkan permintaan terhadap barang produksi Indonesia juga ikut melemah. Oleh karena itu, beberapa perusahaan pun menahan ekspansi sehingga permintaan kredit juga menurun.

Alasan kedua yaitu karena pelemahan harga komoditas. Mirza memaparkan, pada 2010 hingga 2012 harga komoditas melambung sehingga mendorong perusahaan di Indonesia untuk terus ekspansi. Salah satu cara untuk dapat memenuhi pendanaan ekspansi tersebut yaitu dengan pinjaman bank. Oleh karena itu, penyaluran kredit di tahun tersebut cukup besar.

Tetapi kemudian pada beberapa tahun terakhir harga komoditas mengalami penurunan secara drastis sehingga perusahaan menahan ekspansi. "Kredit bank juga ikut terpengaruh karena penurunan harga komoditas," terang dia Selasa (13/12/2016).

Pelemahan kredit dalam beberapa tahun terakhir juga disebabkan bank-bank tengah memperbaiki angka kredit bermasalah. "Setelah kredit bermasalah selesai diperbaiki, tahun depan bank mulai melakukan ekspansi kembali," tambahnya.

Mirza meneruskan, untuk tahun depan, pertumbuhan kredit diprediksi akan berada di atas 10 persen. Hal tersebut terjadi karena telah terjadi adanya perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional maupun dunia. "Kalau kami lihat, ada tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena membaiknya harga komoditas," tutur dia.

Untuk diketahui, bahwa Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7,04 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp 4.246 triliun hingga Oktober 2016. Pertumbuhan penyaluran kredit bank itu terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi.

Kredit modal kerja (KMK) tercatat sebesar Rp 1.963,5 triliun pada Oktober 2016 atau tumbuh sekitar 5,9 persen (YoY) dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,1 persen.

Peningkatan KMK terutama pada subsektor konstruksi serta pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Selain itu, pertumbuhan kredit investasi juga meningkat dari 9,3 persen YoY pada September 2016 menjadi 10,1 persen pada bulan Oktober 2016.

Pertumbuhan kredit investasi dipicu oleh pertumbuhan subsektor industri pengolahan serta perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY), dan 13,7 persen (YoY), lebih tinggi ketimbang September 2016 yang tumbuh 3 persen dan 12,3 persen YoY.