Euro Anjlok Setelah Referendum Italia



( 2016-12-05 08:49:22 )

Mata uang Euro mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi usai Perdana Menteri Italia Matteo Renzi kalah telak dalam referendum terkait dengan reformasi konstitusi, yang digelar negara tersebut pada Minggu (4/12/2016) kemarin.

Bahkan, Euro terus merosot setelah selesai Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi menyatakan akan mengundurkan diri dari kursi kepimpinannya.

Melansir dari laman BBC, Senin (5/12/2016), Euro sempat anjlok ke posisi 1,0507 per Dolar AS, yang merupakan level paling rendah sejak Maret 2015.

Walaupun kemudian Euro sempat rebound dari posisi terendahnya ke level 1,0563 per Dolar AS. Namun angka tersebut masih lebih rendah 1 persen dari penutupan pada Jumat pekan lalu.

Analis menyampaikan hasil referendum Italia membuat investor lebih waspada, meski mereka juga tidak bisa dikatakan mengalami kepanikan.

"Sementara ini memang pasar cenderung gugup karena kami memulai pekan baru. Namun ini tidak jatuh terlalu jauh, sampai saat ini," ujar Kathleen Brooks, Direktur Riset City Index Direct.

Memang, saat ini perekonomian Italia sedang dalam kondisi rapuh. Karena itu periode ketidakpastian politik dapat membuat perekonomian negara ini melemah lebih lanjut.

Analis bahkan merasa sangat prihatin terhadap kondisi industri perbankan Italia, yang sangat rentan terhadap hilangnya kepercayaan.

Banyak bank yang tengah berjuang dengan beban utang yang tinggi dan membutuhkan pembiayaan. Namun memperoleh keuangan saat ini dipastikan akan sulit di tengah krisis politik yang sedang terjadi.

Padahal, bank-bank Italia tidak memiliki banyak waktu untuk mencoba dan meningkatkan modal penyangga mereka. Kemenangan untuk pemilih "Ya" pada referendum, dilihat investor dapat membantu rekapitulasi bank-bank tersebut.

Namun, tidak diketahui apakah investor dapat melakukannya saat ini, saat pemilih "Tidak" memenangkan referendum.

"Tanpa pemerintah, apakah akan ada bantuan resmi bagi sektor perbankan Italia?" ujar dia.

Besarnya jumlah utang pemerintah Italia juga tengah menjadi sorotan. Sebab pinjaman pemerintah, adalah salah satu yang terbesar di Zona Euro.

Seperti diketahui, sebenarnya Proposal Renzi tentang reformasi justru akan memotong birokrasi Italia yang rumit. Rencana itu menurut PM Renzi akan membuat negaranya lebih kompetitif.

Reformasi yang ditawarkan sebenarnya berfungsi untuk merampingkan parlemen. Namun, kebanyakan para pemilih yang memilih reformasi justru melakukannya demi menyuarakan ketidakpuasan terhadap perdana menteri.

Sementara itu, pemilih "Tidak" yang didukung oleh partai-partai populis menilai referendum sebagai barometer anti-kemapanan di Eropa.

Pemimpin oposisi Matteo Salvini dari partai Liga Utara, menuturkan bahwa jika hasil jejak pendapat memenangkan kubu "Tidak" maka referendum akan menjadi "kemenangan rakyat terhadap tiga perempat dari kekuasaan dunia."

Adapun kubu "Tidak" disponsori oleh kelompok anti-kemapanan Five Star Movement yang dikepalai oleh Beppe Grillo. Mereka ingin referendum apakah Italia tetap dalam Uni Eropa.

Partai populis merupakan salah satu Five Star Movement dan Liga Utara yang anti-imigran.