Harga Minyak Dunia Merosot Menjelang Pemotongan Produksi



( 2016-12-05 05:22:15 )

Harga minyak mentah dunia pada awal perdagangan hari ini jatuh sebesar 1%, ketika tercatat rilis Amerika Serikat (AS) lebih tinggi untuk membuat gelisah para pelaku pasar. Sementara untuk beberapa investor masih memperhitungkan dampak terhadap rencana bersama pembekuan produksi yang akan dilakukan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) dan Rusia.

Seperti dilansir Reuters, pada hari Senin (05.12.2016) harga minyak mentah berjangka Brent berada di level USD53,89 per barel pada pukul 01.32 GMT, dengan penurunan sebesar 57 sen atau setara 1% dari penutupan terakhir. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga menyusut 52 sen atau setara dengan 1% ke level USD51,49 per barel.

Para pelaku pasar menilai penurunan harga tersebut dipicu oleh peningkatan produksi setelah OPEC dan negara-negara penghasil minyak lainnya yang non-OPEC seperti Rusia sepakat untuk mengurangi produksi minyak mereka pada tahun 2017, mendatang. Pemotongan produksi tersebut bertujuan untuk mencegah banjir pasokan Internasional yang kerap terjadi dalam dua tahun terakhir.

Di sisi lain perusahaan-perusahaan energi AS menggenjor pengeboran dan menambah kilang baru dalam tujuh pekan terakhir. "Menghitung rig minyak AS terus reli sepanjang pekan ini dengan 3 rig. Sejak tanggal 27 Mei 2016, produsen telah menambahkan 161 rig minyak (atau berperan 51%) di AS," bunyi pernyataan dari Goldman Sachs.

Secara keseluruhan, Goldman mengatakan produksi akan mengalami penurunan di akhir tahun ini sebesar 620.000 barel per hari (bpd) untuk kemudian kembali naik tahun depan 55.000 bpd. Dengan peningkatan produksi AS, semakin menekan setelah upaya OPEC dan Rusia dalam pembekuan produksi kemungkinan bisa tidak berjalan lancar. Laporan rata-rata harian Rusia mencapai 11.21 juta bpd pada November atau tertinggi hampir dalam 30 tahun.

Moskow telah sepakat untuk memotong produksi mereka sebesar 300.000 bpd pada awal tahun 2017. Pelaku pasar menilai dengan pemotongan tersebut, output diyakini akan tetap lebih tinggi daripada posisi puncak banjir pasokan pada paruh pertama tahun 2016. Arab Saudi dan Kuwait diprediksi akan melanjutkan produksi minyak mereka bulan ini dengan potensi 300.000 barel dalam output harian untuk memberikan tekanan ke pasar internasional.