Otoritas Israel Tahan 22 Tersangka Pembakaran



( 2016-11-28 07:10:50 )

Kepolisian Israel telah menahan sekitar 22 orang terduga pelaku pembakaran yang menghanguskan berbagai daerah di wilayah tengah dan utara Israel sejak Selasa pekan lalu.

Dari 22 tersangka yang sempat ditahan, delapan di antaranya sudah dibebaskan, sementara satu lainnya adalah warga Palestina yang diduga terlibat dalam kebakaran hutan di sekitar komunitas Yahudi kecil Beit Meir dekat Yerusalem.

Mengutip dari laman New York Times, Menteri Keamanan Publik Israel, Gilad Erdan menuturkan pihaknya sudah menemukan bukti adanya unsur kesengajaan dalam insiden kebakaran tersebut.

Otoritas Israel, ujar Erdan, menemukan barang bukti berupa bahan bakar bensin yang dipakai untuk menyulut api dan membakar hutan di wilayah Zikhron Yaaqov. Seorang pria yang berasal dari Yerusalem dilaporkan sudah ditangkap akibat tuduhan pembakaran tersebut.

"Kesimpulan sampai saat ini adalah pembakaran," ujar Erdan kepada wartawan pada Jumat (25/11) lalu.

Sampai saat ini otoritas Israel belum memberikan informasi lebih lanjut terkait pemeriksaan para tersangka. Pejabat Israel menuding bahwa warga Palestina berada dibalik kebakaran yang sudah menyebabkan sekitar 60 ribu warga di Haifa mengungsi.

"Siapapun yang telah melakukan pembakaran tersebut tidak berhak menjadi warga Israel dan status kewarganegaraan mereka akan dicabut," ucap Menteri Kebudayaan Israel, Miri Regev.

Melalui sebuah pernyataan resmi, seorang legislator yang tergabung dalam Daftar Bersama atau Joint List, Jamal Zahalka mengatakan, pejabat Israel bahkan "menuduh kelompok minoritas Arab di Israel sebagai pelaku pembakaran." Joint List adalah aliansi politik dari empat partai besar Arab yakni Hadash, the United Arab List, Balad, dan Ta'al di Israel.

Tetapi, pemimpin negara Arab mengecam dan memperingatkan kepada otoritas Israel untuk tidak melontarkan tuduhan tanpa adanya bukti yang jelas.

"Sangat disayangkan ketika para pejabat (Israel) malah memicu terjadinya perpecahan di antara masyarakatnya," ujar Jamal.

Sekitar 1,6 juta jiwa warga Palestina tinggal di wilayah pendudukan Israel. Mereka sering menjadi target tuduhan tindak kriminal yang terjadi di wilayah tersebut. Jika warga Palestina terbukti menjadi pelaku pembakaran maka insiden ini dinilai berpotensi mengganggu rekonsiliasi konflik panjang antar kedua negara.

Kebakaran yang melanda wilayah tengah dan utara Israel tersebut terjadi sejak Selasa (22/11) dan intensitasnya meningkat mulai Kamis (24/11), akibat dipicu oleh cuaca yang kering dan angin timur yang kuat. Kebakaran menghanguskan beberapa bangunan di beberapa lokasi selama tiga hari terakhir.

Selain Kota Haifa, kebakaran lainnya juga terjadi di dekat Kota Yerusalem dan Galilea, bagian utara Israel. Ratusan warga Nataf, sebuah komunitas kecil Yahudi pun turut dievakuasi dari lokasi terjadinya kebakaran.

Petugas pemadam kebakaran baru dapat memadamkan sebagian besar api pada Jumat malam. Pemerintah Israel pun meminta bantuan dari sejumlah negara tetangga untuk mengatasi kebakaran tersebut. Yunani, Siprus, Kroasia, Turki dan Rusia menawarkan bantuan, serta beberapa pesawat dari negara itu telah bergabung dalam upaya untuk memadamkan kobaran api.

Bahkan, Otoritas Palestina mengirimkan empat tim pemadam kebakaran untuk membantu memadamkan kobaran api yang melalap wilayah tengah dan utara dari Israel. Peristiwa ini jarang terjadi di tengah konflik yang tak kunjung berhenti di antara kedua negara ini.

Sebuah pesawat pemadam kebakaran "Super Tanker dari Amerika Serikat" juga sudah mendarat di Israel untuk membantu proses pemadaman api. Media Israel melaporkan, sekitar 50 petugas pemadam kebakaran dari AS ikut bergabung dalam operasi pemadaman api tersebut.