IHSG Melemah Dibayangi Rencana Kenaikan Suku Bunga



( 2016-11-28 04:28:34 )

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah pada perdagangan hari Senin di akhir pekan ini.

Pada pembukaan perdagangan hari Senin (28.11.2016), IHSG susut 11 poin atau 0,23 persen ke level 5.111,4. Sementara indeks saham LQ45 tergelincir 0,24 persen ke level 851,9.

Sebagian besar indeks saham acuan melemah pada pembukaan perdagangan. Ada sebanyak 56 saham naik, sedangkan 47 saham turun dan 70 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.118 dan terendah 5.110.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 7.182 kali dengan volume perdagangan 551,3 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 131,3 miliar.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham aneka industri yang naik 0,29 persen. Kemudian sektor pertanian menguat 0,19 persen dan industri dasar 0,16 persen.

Adapun yang melemah saham konstruksi melemah 0,13 persen dan consumer goods sebesar 0,55 persen. Investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 6,4 miliar.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BEKS naik 16,46 persen ke level Rp 93, saham HDFA menguat 9,76 persen ke level Rp 270 per saham, dan saham CANI naik 9,6 persen ke Rp 1.370.

Selain itu, saham-saham tertekan antara lain saham PYFA susut 9,81 persen ke level Rp 193 per saham, saham BCIP tergelincir 9,74 persen ke level Rp 352 per saham, dan saham BABP susut 8,86 persen ke level Rp 72 per saham.

Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, pelaku pasar masih mengantisipasi rencana kenaikan tingkat suku bunga AS. Hal itu menyebabkan nilai tukar rupiah cenderung tertekan dan terjadi aliran modal asing keluar (capital outflow).

"Antisipasi investor asing di akhir tahun menjelang kenaikan tingkat suku bunga di AS masih akan membuat rupiah tergerus dan capital out flow terus mengalir," kata dia dia di Jakarta, pada hari Senin (28.11.2016).

Dia menambahkan, pada awal bulan, data ekonomi menjadi fokus pelaku pasar antara lain tingkat inflasi yang dirilis di hampir semua negara. Investor memperhatikan kinerja manufaktur dan jasa di AS dan China.