Pelemahan Rupiah Tembus Level 13.600 per Dolar AS



( 2016-11-25 08:09:40 )

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus alami tekanan pada perdagangan menuju akhir pekan ini. Tetapi tekanan pada hari ini tidak sebesar kemarin.

Dari data keterangan Bloomberg, Jumat (25/11/2016), rupiah dibuka di level 13.470 per dolar AS, melemah jika dibanding dengan penutupan perdagangan pada hari sebelumnya yang ada di level 13.558 per dolar AS.

Sejak pagi sampai siang ini, rupiah berada di kisaran level 13.513 per dolar AS hingga 13.582 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,65 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.570 per dolar AS. Untuk patokan hari ini melemah jika dibanding dengan patokan pada satu hari sebelumnya yang ada di angka 13.540 per dolar AS.

Dolar AS terus perkasa semenjak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden di AS setelah mengalahkan Hillary Clinton. Selain itu, rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed) juga ikut memicu naiknya nilai tukar dolar AS.

Di Asia, dolar AS menguat terhadap hampir semua mata uang. Sejak 4 November lalu, Dolar AS menguat hampir 10 persen terhadap yen Jepang.

Tidak berbeda jauh dengan ringgit Malaysia, Won Korea Selatan, dolar Singapura dan juga Rupee India. Semua mata uang itu mengalami pelemahan di level 2 persen hingga 5 persen.

"Saat ini mata uang di negara berkembang memang sedang mengalami tren pelemahan terhadap dolar AS. Bagi negara dengan cadangan devisa yang baik akan bisa menahan namun yang tidak akan menurun tajam," ujar General Manager Aset Pendapatan Tetap SBI Securities Co, Tsutomu Soma.

Ke depan, tren pelemahan itu masih akan terus berlanjut sampai adanya keputusan dari The Fed dan juga kebijakan dari Donald Trump.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menerangkan, pada perdagangan kemarin tekanan terhadap rupiah cukup tajam bersamaan dengan penguatan dolar AS di Asia yang merespons notulensi FOMC meeting yang cenderung hawkish.

"Tetapi intervensi BI yang cukup agresif di pasar valas dapat meredam depresiasi rupiah," terangnya. Untuk hari ini rupiah masih tetap tertekan tetapi tidak begitu besar sebab diperkirakan tidak ada aksi demo seperti yang diprediksi sebelumnya.