Harga Emas Tergelincir Prediksi Kenaikan Suku Bunga The Fed



( 2016-11-25 04:09:09 )

Harga emas berangsur lebih rendah seiring dengan menguatnya dolar AS yang mencapai posisi tertingginya dalam hampir 14 tahun.

Penguatan dolar terpicu data ekonomi AS yang positif yang kemudian akan meningkatkan harapan jika Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya pada bulan Desember.

Melansir laman Reuters, pada hari Jumat (25.02.2016), harga Spot emas menurun 0,4 persen menjadi US$ 1.183,20 per ounce. Harga sempat lebih rendah 2 persen di sesi sebelumnya dan menyentuh posisi terendah sejak tanggal 8 Februari di level US$ 1.180,99 per ounce.

Sementara harga emas berjangka AS menyusut sebesar 0,4 persen menjadi US$ 1.183,20 per ounce. Di sisi lain, Bursa AS tutup terkait momen hari libur Thanksgiving.

Harga emas di pasar spot telah turun hampir 12 persen dari posisi tingginya di US$ 1.337,40 pada tanggal 09 November, saat Donald Trump diumumkan terpilih sebagai Presiden AS.

Para pembuat kebijakan Fed tampak percaya diri pada malam pemilihan presiden AS bahwa ekonomi sedang menguat dan cukup untuk menjamin kenaikan pada suku bunga.

"Harapan bahwa pemilu Trump akan menyebabkan periode risiko-off lagi di pasar keuangan segera disusul oleh persepsi bahwa ia akan mampu mendorong pertumbuhan dan inflasi yang akan disertai dengan kenaikan suku bunga, yang mengangkat skenario bearish untuk emas, "kata analis Julius Baer Carsten Menke.

Dia melanjutkan, setidaknya dalam jangka pendek akan ada beberapa konsolidasi dalam dolar dan hasil Treasury AS. Kondisi ini dinilai sesuatu yang bisa mendukung emas. "Namun, risiko besar akan terus menjual kepemilikan fisik emas," jelas dia.

Indeks dolar AS naik ke posisi tertinggi dalam hampir 14 tahun, terdorong data yang menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang AS modal manufaktur rebound pada bulan bulan Oktober.

Data ekonomi AS yang positif baru-baru ini telah membantu mengangkat dolar namun menekan harga emas.

Di sisi lain, impor emas kepada konsumen China melalui Hong Kong naik 15,8 persen pada bulan Oktober ke level tertinggi dalam tiga bulan.