Rusia-Eropa Timur Pasar Potensial Baru Bagi Ekspor CPO



( 2016-11-24 05:25:31 )

Selain pasar tradisional seperti India, China, dan Uni Eropa, Rusia dan sejumlah negara Eropa Timur merupakan pasar potensial yang belum tergarap maksimal oleh ekspor minyak sawit mentah/CPO Indonesia.

Bendahara Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan, hingga akhir 2016 jumlah ekspor minyak sawit dari Indonesia ke Rusia baru sekitar 700.000 ton.

Padahal, jika digarap serius potensi permintaannya lebih dari 1 juta ton. Itu baru dari Rusia, belum negara-negara lain di Eropa Timur, kata Lakshmi di Nusa Dua, Bali.

Pertengahan tahun ini, Lakshmi dan sejumlah pengurus pusat Gapki bersama wakil dari pemerintah, berkunjung ke Moskow, Rusia, untuk bertemu dengan wakil pemerintah dan pengusaha dari Negeri Beruang Merah tersebut.

Pada pertemuan tersebut dibahas berbagai peluang usaha serta upaya membuka pasar Rusia lebih besar bagi produk CPO maupun produk olahan minyak sawit dari Indonesia. Mereka sangat antusias untuk membeli lebih banyak minyak sawit kita, kata Lakshmi yang saat ini menjabat sebagai direktur independen PT Golden Plantation TBk (Tiga Pilar Sejahtera Group).

Menurut Lakshmi, prospek pasar Rusia menarik dan peluang masih cukup besar. Berdasarkan data statistik, tren volume ekspor minyak sawit dari ke negara bekas Uni Soviet itu terus meningkat. Pada 2012, volume ekspor CPO sebanyak 356.000 ton dan meningkat menjadi 570.000 ton pada 2014. Pada 2015 menjadi 657.000 ton dan tahun ini diperkirakan melampaui 700.000 ton.

Jika minyak sawit Indonesia terus dikenalkan ke sana dan digarap lebih serius, angka lebih dari 1 juta ton CPO bisa masuk ke Rusia, kata Lakshmi.

Melihat potensi pasar yang besar tersebut dan untuk melihat persepsi masyarakat Eropa (termasuk Eropa Timur) terkait minyak sawit Indonesia, untuk kali pertama penyelenggaraan konferensi minyak sawit terbesar di dunia Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) mendatangkan pembicara dari Rusia. Dalam IPOC Ke-12 di Nusa Dua Bali, 23-25 November 2016, hadir Prof Oleg S Medvedev dari Lomonosov Moscow State University yang berbicara mengenai isu kesehatan minyak sawit di masyarakat Eropa.

IPOC Ke-12 dan Price Outlook 2017 secara resmi akan dibuka hari ini dengan agenda diawali turnamen golf diikuti para peserta konferensi. Pada acara tersebut sejumlah menteri dijadwalkan hadir. Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

Di bagian lain, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah mendorong eksportir CPO dalam negeri agar fokus pada pasar besar yang tidak mempersoalkan pada isu lingkungan sebagaimana selama ini yang diusung Eropa.

Negara yang dimaksud adalah India, China, Pakistan, dan Bangladesh. Eropa minta macam-macam standar, tapi belinya cumasedikit, kata Amran. Pada kesempatan tersebut, Amran juga menyatakan komitmennya terhadap perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Menurutnya, komoditas sawit terbukti menopang perekonomian nasional.

Devisa yang diperoleh negara dari ekspor minyak sawit dan produk turunannya dalam setahun mencapai Rp250 triliun. Jadi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian sangat mendukung perkebunan sawit, katanya.

Dukungan riil yang dilakukan pemerintah, kata Amran, adalah berupaya melakukan peningkatan produktivitas kebun rakyat dengan melakukan replanting. Adapun pendanaan replanting tersebut dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) atau CPO Fund.