Alasan BNI Fokus Danai Infrastruktur Tahun Depan



( 2015-11-27 07:15:24 )

Pada 2016 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit berada di angka 14-16 persen. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengutarakan salah satu yang akan menjadi pusat perhatian adalah pembiayaan sektor infrastruktur. Menurut Baiquni, BNI telah menyediakan dana Rp 20 triliun untuk mendukung program infrastruktur. "Kami ingin fokus ke pembiayaan infrastruktur tahun depan," ujar Baiquni.


Tahun ini Baiquni menjelaskan komposisi pembiayaan terbesar, yaitu 45 persen diserahkan ke perusahaan badan usaha milik negara. Sisanya, 30 persen, dialokasikan bagi sektor usaha kecil dan menengah. Kuota terbesar lain, 17 persen, untuk kredit konsumen.


Ia mengatakan dengan menjadikan proyek infrastruktur sebagai lokomotif, sektor lain dapat bergabung. "Pembiayaan di infrastruktur sekitar Rp 63 triliun," tutur Baiquni. September lalu, BNI bersama PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk memperoleh dana segar dari Bank Pembangunan Cina (China Development Bank). Total dana yang dipinjamkan sebesar US$ 3 miliar atau setara Rp 43,28 triliun. Setiap bank mendapatkan pinjaman US$ 1 miliar dengan tenor sepuluh tahun. Sebanyak 30 persen dari total pinjaman berdenominasi Renminbi (RMB). Baiquni menuturkan dana pinjaman dari Bank Pembangunan Cina itu sudah diterima.


Penyaluran akan dilaksanakan bertahap. Sedangkan sektor infrastruktur yang akan memperoleh pembiayaan dari dana pinjaman Cina di antaranya, konstruksi, perkebunan, dan perusahaan-perusahaan BUMN. BNI juga berusaha menambahkan peran di sektor maritim. Besaran dana yang akan dialokasikan, Baiquni tak menjelaskan. Hingga September lalu BNI sudah menyalurkan kredit dengan posisi outstanding Rp 9,8 triliun. Di sektor kelautan dan perikanan pembiayaan yang telah dilaksanakan sebesar Rp 1,25 triliun, yaitu di budi daya dan penangkapan, industri pengolahan, dan perdagangan hasil perikanan.


Melihat suku bunga acuan Bank Indonesia yang dipandang banyak kalangan masih sangat tinggi, Baiquni berharap ke depan ada penyesuaian. Ia menjelaskan jika BI Rate turun, motivasi bank untuk menyalurkan kredit semakin tinggi. Namun, ia dapat mengerti jika bank sentral ingin menjaga keseimbangan moneter dengan tetap mempertahankan BI Rate di posisi 7,5 persen. Oleh karena itu, keputusan BI yang menurunkan giro wajib minimum dari 8 persen ke 7,5 persen disambut baik. "Berarti ada relaksasi. Sedangkan stabilitas penting untuk menjaga pertumbuhan," tuturnya.