Nawacita Di Kritik, Ketua Wantimpres Menuding Pengkritik Tidak Paham



( 2016-10-07 05:45:27 )

Sri Adiningsih selaku Ketua Dewan Pertimbangan Presiden atau Wantimpres, menilai bahwa selama ini yang mengkritik Nawacita sesungguhnya tidak mengetahui dan memahami Nawacita itu sendiri sama sekali. Lantaran tidak memahami, maka analisanya pun juga tidak benar. “Saya sendiri belajar Nawacita selama dua tahun. Tapi sekarang lucunya banyak orang yang mengkritik pemerintah Jokowi tak sesuai Nawacita, tapi dia sendiri tak paham apa itu Nawacita?” tuding Sri Adiningsih di depan pengurus alumni GMNI, di Jakarta, pada Kamis kemarin (06/10).

Menurut Sri, keadaan perekonomian saat ini, yang disebut banyak pengkritik semakin jauh dari semangat Nawacita tidaklah benar sama sekali. “Justru perbaikan ekonomi saat ini, sudah on the track. Sudah ada perubahan lebih baik sekalipun masih sedikit. Karena arahnya pembangunan ekonomi kita yang terangkum dalam Trisakti sudah diimplementasikan dalam RPJMN 2015-2019,” tandasnya.

Sehingga pada akhirnya, lanjut dia, kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor ekonomi domestik dapat terwujud. “Tapi kemandirian ekonomi kita tidak anti asing. Karena kita masih butuh investasi dari asing. Dan jika kita anti asing, bisa jadi kita kembali menggunakan (kendaraan) kuda,” kata mantan pengamat ekonomi dari UGM ini.

Sejauh ini, konsep Nawacita yang membangun Indonesia dari pinggiran sesuai dengan Nawacita ke-3. Dan itu sudah terjadi dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan. “Cuma memang, dari sisi anggaran baru tahun ini, betul-betul sesuai keinginan pemerintah. Kalau postur anggaran di APBN 2015, masih dibuat oleh pemerintahan sebelumnya,” tuding dia.

Dia juga menyebutkan, dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi itu, pemerintah sudah melakukan deregulasi dengan menerbitkan 13 paket kebijakan. “Jadi pemerintah buat paket kebijakan ini untuk memangkas birokrasi yang selama ini bertele-tele. Sudah pemerintah lakukan. Tapi sayangnya, dunia usaha masih mengaku banyak menemui masalah (soal kinerja birokrasi),” kata Sri mengakhiri.