Produsen Besar Jepang Optimis Pada Prediksi Peningkatan Kuartal Ketiga



( 2016-09-13 08:17:03 )

Sebuah survei pemerintah pada hari ini Selasa (13/09) menerangkan bahwa produsen besar Jepang berbalik optimis mengenai keadaan bisnis pada kuartal ketiga dan perusahaan merevisi rencana belanja modal mereka, yang menandai ekonomi mendapatkan momentum.

Produsen besar mengungkapkan bahwa mereka memprediksikan sentimen untuk peningkatan lebih lanjut pada bulan Oktober-Desember, dorongan untuk pembuat kebijakan ketika mereka mencoba untuk reenergize permintaan domestik dan menghindari kembali ke deflasi. Hasil dari jajak pendapat dapat menawarkan beberapa bantuan untuk Bank of Japan, yang melangsungkan pertemuan kebijakan moneter minggu depan. Kenaikan dari rencana belanja modal juga memperlihatkan bahwa upaya bank sentral untuk mempertahankan suku bunga rendah mulai memacu investasi perusahaan.

Survei oleh Departemen Keuangan dan Ekonomi dan Sosial Research Institute, sebuah anggota dari Kantor Kabinet, menuliskan indeks survei bisnis (BSI) dari sentimen di antara produsen besar bertambah pada 2,9 pada bulan Juli - September, dibandingkan dengan minus 11,1 pada bulan April - Juni.

Survei yang dirilis pada Sekasa menunjukkan, produsen besar memperkirakan indeks sentimen mereka untuk meningkatkan ditambah 8,6 pada bulan Oktober - Desember. Perusahaan Jepang berencana untuk menaikkan belanja modal sebesar 4,9 persen pada tahun fiskal yang dimulai pada bulan April, naik dari proyeksi sebelumnya dari kenaikan 3,8 persen.

BSI mengukur persentase perusahaan yang mengharapkan lingkungan bisnis untuk meningkat dari kuartal sebelumnya minus persentase yang berharap memburuk. Ekonomi Jepang tumbuh lebih cepat April - Juni dari yang diperkirakan, Kantor Kabinet mengatakan pada hari Kamis, dengan revisi ke atas untuk belanja modal dan persediaan mengurangi beberapa keresahan mengenai belanja konsumen yang lemah dan ekspor.

BOJ akan menggelar pertemuan selanjutnya pada 20-21 September, sebagai peninjauan apakah perlu untuk mengubah program quantitative easing yang berani setelah berulang kali menunda waktu memenuhi target inflasi 2 persen.