BI Singgung Pengusaha Minta Bunga Kredit Murah



( 2015-11-20 04:54:16 )

Pemerintah mendukung para pengusaha terus mendesak Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate), sehingga bunga kredit bank ikut turun. BI justru menyinggung pelaku bisnis yang meminta hal tersebut, namun tetap mengharapkan bunga deposito tinggi. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menyatakan, para pengusaha hanya menuntut suku bunga kredit perbankan turun. Namun harapannya bunga deposito tetap menguntungkan.


"Teman-teman pengusaha melihatnya penurunan suku bunga kredit saja, tapi bunga depositonya maunya tinggi. Siapa yang mau nalangin defisitnya? Tahun ini padahal prediksi inflasi di bawah 4 persen. Jadi jangan cuma ngebahas bunga kredit," tegasnya. Mirza bahkan kembali menyinggung pengusaha yang menuntut bunga kredit murah. Karena itu, pengusaha besar bisa memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga subsidi dari pemerintah. "Kalau mau bunga rendah, pakai KUR. Tapi masa pengusaha mau minta subsidi pemerintah," cetusnya.


Lebih lanjut diungkapkan Mirza, BI telah memberi ruang kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM). Dari kebijakan tersebut akan ada dana Rp 18 triliun yang masuk ke sistem perbankan dan bisa diterima oleh seluruh bank. Kucuran dana GWM ke perbankan, ujarnya, baik tahun ini maupun tahun depan dapat digunakan untuk menyalurkan kredit. Menurut Mirza, jika perbankan belum bisa menyalurkan dana dalam bentuk kredit, dana itu bisa digunakan untuk menurunkan bunga deposito. "Bank yang peroleh dana dari GWM, bunga deposito dapat diturunkan. Nah tinggal banknya mau nurunin bunga kredit tidak. Baiknya kalau sudah terima kucuran dana, bunga kredit dapat turun, tapi bukan berarti bisa langsung karena ini bukan mesin, selalu ada leg," katanya.


Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK), sebelumnya, mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk mempertimbangkan kebijakan suku bunga acuan (BI rate). Sinyal meminta Otoritas Moneter menurunkan BI rate dengan harapan terjadi peningkatan investasi sebagai modal meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Menurut dia, suku bunga acuan maupun tingkat bunga perbankan harus turun menimbang bunga merupakan bagian dari biaya tinggi. "Jadi tidak benar jika suku bunga naik, inflasi turun. Itu kebijakan salah. Kita harapkan BI evaluasi kebijakan tingkat bunga," kata JK.


Pendapat JK, jika BI Rate tinggi maka tingkat bunga perbankan pun akan terkerek naik. Kondisi tersebut bisa memancing orang untuk lebih memilih menyimpan uangnya di bank ketimbang berinvestasi, karena simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito dapat menawarkan bunga menarik sekitar 8-10 persen. "Uang masyarakat, uang daerah dominan disimpan di bank, itu karena bunganya tinggi. Jadi mereka tidak mau bikin jalan. Coba bunga bank cuma 3-4 persen, pasti tidak ada yang mau simpan di bank. Tidak ada investasi kalau bunga tinggi," ujarnya.