Isu Panas di KTT G20



( 2016-09-05 06:20:22 )

Presiden China Xi Jinping menuturkan, ekonomi global memang sedang terancam oleh aksi proteksionisme yang semakin meningkat serta risiko yang dipengaruhi oleh pasar keuangan.
Peringatan tersebut disampaikan Xi ketika mengawali Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin negara-negara G20 di Hangzhou Internasional Expo Center (HIEC), China, Minggu (4/9).
"Ekonomi global tiba di saat yang cukup serius dalam menghadapi permintaan yang cukup lambat, volatilitas pasar keuangan, ditambah dengan melemahnya perdagangan dan investasi," ujar Xi seperti dikutip dari Reuters.
Ia berpendapat, kemajuan teknologi yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya secara terus menerus memudar. "Di sisi lain babak baru revolusi teknologi dan industri masih belum mendapatkan momentum," tuturnya.
Untuk itu, Xi mengharapkan pemimpin negara-negara G20 untuk dapat menyamakan kata-kata mereka dengan tindakannya. "Kita harus mengubah kelompok G20 menjadi tim tindakan, bukan toko bicara," tuturnya.
Wakil Ketua Sekretaris Kabinet Jepang Koichi Hagiuda menuturkan, negara yang menjadi anggota kelompok 20 ekonomi terbesar dunia (G20) menyepakati bahwa semua langkah-langkah kebijakan--termasuk reformasi moneter, fiskal dan struktural--harus dilaksanakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid dan berkelanjutan.
"Komitmen akan dilakukan untuk memanfaatkan ketiga alat kebijakan, yakni kebijakan moneter, fiskal dan reformasi struktural guna mencapai pertumbuhan yang solid, berkelanjutan, seimbang serta inklusif," ujar Hagiuda kepada wartawan di sela-sela KTT.
Ketegangan Meningkat
Akan tetapi sebagian pemimpin G20 justru mulai memperlihatkan perselisihan terkait beberapa isu, mulai dari perdagangan dan investasi, kebijakan pajak serta kelebihan kapasitas industri.
Contohnya ketika Xi melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Ia menyampaikan harapannya agar Australia dapat menciptakan lingkungan kebijakan yang adil, transparan dan dapat diprediksi oleh investor asing.
China marah saat Australia memblokir dana sebesar A$10 miliar (US$ 7,7 miliar) yang merupakan hasil penjualan grid (jaringan listrik) terbesar di negara tersebut untuk penawarnya di China pada bulan lalu.
China menuduh Australia melakukan proteksionis dengan memblokir tawaran untuk grid, setelah sebelumnya sempat melakukan hal yang serupa terhadap rencana pembelian hewan ternak oleh konsorsium perusahaan China dari perusahaan Kidman & Co.
Tidak hanya itu, Beijing juga ikut mengkritik Australia, sebagai sekutu AS yang setia, terkait aksi penerbangan pengintaian di atas pulau sengketa di Laut Cina Selatan.
Disamping itu, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menuturkan bahwa China harus menyiapkan mekanisme untuk mengantisipasi masalah kelebihan kapasitas industri. Dia mengatakan kondisi itu tidak dapat diterima sebab menyebabkan industri baja Eropa kehilangan banyak lapangan pekerjaan dalam beberapa tahun terakhir.
"Kapasitas yang melampaui batas adalah masalah global tetapi juga ada unsur tertentu dari China," ungkapnya dalam konferensi pers.
Gelaran KTT G20 yang diselenggarakan hingga 5 September 2016 esok akan membahas tiga pilar utama, yaitu inovasi, revolusi industri baru, serta ekonomi digital. Semuanya itu akan dibahas dalam lima sesi selama KTT berlangsung. Presiden Joko Widodo sendiri juga mendapat kehormatan untuk menjadi pembicara utama dalam sesi kedua pada gelaran kali ini.