Tercatat inflasi yang terjadi di jakarta sebesar 0,01% (mtm) pada bulan Agustus 2016, menurun jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang sebesar (0,64%, mtm) dan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi satu bulan pasca-Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu sebesar 0,35% (mtm).
Secara hitungan per tahun 2016, inflasi baru mencapai sebesar 1,42% (ytd), yang tetap lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada lima tahun sebelumnya yang sebesar 3,85% (ytd). Rendahnya angka inflasi disebabkan oleh koreksi harga pada komoditas transportasi dan pangan, bersamaan dengan berakhirnya aktivitas mudik dan liburan, serta pasokan pangan yang masih tetap terjaga.
Inilah yang disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono saat siaran pers, Jumat (2/9/2016).
Tidak sedikit komoditas pada bulan Agustus yang mengalami deflasi. Khususnya pada mode angkutan antar kota dan udara yang masing-masing memberi deflasi sebesar 11,84% (mtm) dan 6,31% (mtm).
"Perkembangan harga ini juga mengenai kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 1,21% (mtm), lebih dalam dari rata-rata satu bulan pasca-Idul Fitri dalam lima tahun sebelumnya (deflasi 0,47% (mtm)," ujar Doni.
Deflasi juga terjadi pada komoditas daging ayam ras, dan daging sapi. Dimana masing-masing komoditas tersebut mengalami deflasi sebesar 4,55% (mtm) dan 0,81% (mtm), bersamaan dengan kontinuitas pasokan yang tetap terjaga usai Idul Fitri. Harga komoditas untuk bumbu-bumbuan juga ikut mengalami penurunan, seiring dengan aktivitas perdagangan yang kembali normal serta pasokan yang terjaga. Komoditas bumbu-bumbuan utama yang mengalami deflasi yaitu bawang merah dan bawang putih yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 5,61% (mtm) dan 2,49% (mtm).
"Lalu untuk harga beras masih cukup stabil dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan pemenuhan pasokan antar waktu panen atau inventory system yang telah berjalan dengan baik, sehingga suplai mampu merespons cukup baik permintaan yang ada," jelasnya.
Pencapaian inflasi pada bulan Agustus 2016 yang rendah juga didukung oleh rendahnya inflasi inti. Pada tahun ini, masuknya tahun ajaran baru untuk sekolah di berbagai jenjang pendidikan, tidak terlalu menekan kenaikan inflasi inti.
Meskipun kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada bulan Agustus 2016 mengalami inflasi sebesar 0,98% (mtm) dan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata lima tahun sebelumnya (0,85% mtm), kenaikan tersebut dapat tertahan oleh perkembangan harga berbagai macam komoditas sandang yang juga mengalami penurunan seiring dengan berlalunya Idul Fitri.
Kelompok sandang hanya mengalami inflasi sebesar 0,89% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya satu bulan pasca-Idul Fitri dalam lima tahun terakhir sebesar 1,54% (mtm).
Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, tekanan inflasi pada September 2016 diprakirakan akan tetap terkendali. Perayaan Idul Adha yang jatuh pada 12 September 2016, diperkirakan tidak akan memberikan tekanan yang berarti pada laju inflasi bulan September 2016, sebagaimana pola historisnya dalam beberapa tahun sebelumnya. Walau demikian, hujan berkepanjangan yang disebabkan oleh La-Nina perlu diwaspadai karena dapat mengganggu pasokan pangan ke ibukota.
Penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD di bidang pangan melalui TPID perlu terus digalakkan untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil pada tahun 2016.
Berbagai program TPID harus selaras dengan program-program kerja di masing-masing SKPD dan instansi terkait lainnya, terutama yang menyangkut ketahanan pangan dan kelancaran distribusi pangan. Koordinasi yang baik juga sangat diperlukan dalam sinkronisasi kebijakan, yang didukung dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak dalam menjalankan Roadmap Pengendalian Inflasi Jakarta.
Tercapainya kestabilan inflasi bisa mendongkrak pembangunan ekonomi Jakarta secara menyeluruh sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.