Harga Minyak Kembali Menguat Tipis Setelah Sempat Alami Tekanan



( 2015-11-19 04:30:25 )

Harga minyak dapat kembali meningkat setelah sebelumnya sempat terpeleset mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, pada perdagangan harga minyak berjangka di Amerika Serikat (AS) sempat mengenai level di bawah US$ 40 per barel sebelum akhirnya bisa menguat kembali.

Penyebab merosotnya harga minyak pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) masih tetap sama dengan penyebab sebelumnya yaitu kekhawatiran akan pelaku pasar bahwa sedang terjadi penumpukan pasokan minyak di dunia.

Menggarisbawahi Reuters, Kamis (19/11/2015), West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan harga minyak di AS ditutup menguat 8 sen menjadi US$ 40,75 per barel setelah sebelumnya sempat mengenai level terendah yaitu US$ 39,91 per barel. Sebelumnya, WTI diperdagangkan di bawah US$ 40 per barel pada 27 Agustus lalu.

Di sisi lain minyak Brent yang menjadi acuan harga dunia ditutup naik 57 sen atau 1,3 persen menjadi US$ 44,14 dibantu dengan prospek yang relatif lebih baik di pasar dunia.

Harga minyak mentah sempat terjatuh karena U.S. Energy Information Administration (EIA) menyampaikan bahwa cadangan minyak di AS mengalami kenaikan. "Namun pelaku pasar mencoba untuk menyelamatkan sehingga harga minyak dapat kembali menguat," jelas Broker Komoditas Powerhouse, David Thompson.

Namun, Analis Caprock Risk Management in Frederick, Maryland, AS, Chris Jarvis memprediksi bahwa dalam beberapa hari ke depan harga minyak akan kembali menurun yang disebabkan tingginya pasokan minyak di dunia maupun di AS. "Selama ini produksi masih tetap tinggi padahal permintaan masih lemah," jelasnya.

Pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah juga terperosok menghapus keuntungan yang terjadi usai tragedi serangan Paris, Prancis. Penurunan harga juga terjadi karena para investor kembali fokus pada kelebihan pasokan minyak global yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pengurangan.

Analis mengatakan teror yang terjadi di Paris dan serangan Prancis melawan (ISIS) di Suriah, tidak mempengaruhi harga minyak yang diperkirakan akan tetap rendah sampai sisa tahun ini hingga tahun depan. Itu karena pasar minyak yang masih alami penumpukan pasokan. Produksi minyak pada tahun ini diperkirakan akan melampaui permintaan sebesar 700 ribu menjadi 2,5 juta barel per hari, menurut perkiraan.